Sabtu, 16 November 2013

Bahasa Indonesia 2 - Tulisan 13

TULISAN  13

Hari Uang Nasional, Mari Cintai Rupiah



Hari ini sangat bersejarah bagi Indonesia, karena pada tanggal ini pertama kalinya menerbitkan mata uang rupiah. Sejak 1610 hingga 1817, Indonesia telah menggunakan mata uang Belanda, Gulden. Sejarah uang Republik Indonesia sendiri dibagai dalam dua periode, yang pertama adalah periode ORI (Oeang Republik Indonesia), kemudian periode Rupiah. Mata uang rupiah menggantikan mata uang Jepang dan Javaasche Bank pada tanggal 30 Oktober 1946 dengan nama Oeang Republik Indonesia.

ORI (Oeang Republik Indonesia) merupakan uang pertama yang dimiliki oleh negara kita setelah merdeka. Presiden pertama RI, Soekarno adalah tokoh yang sering muncul dalam desain uang kertas ORI yang resmi beredar pada 30 Oktober 1946. Kemudian uang kertas Seri ORI II terbit di Jogjakarta pada 1 Januari 1947. Selanjutnya seri ORI III terbit di Jogjakarta pada 26 Juli 1947, Seri ORI Baru di Jogjakarta pada 17 Agustus 1949, dan Seri Republik Indonesia Serikat (RIS) di Jakarta pada 1 Januari 1950. Sebagai sebuah negara, pemerintah Indonesia saat itu memandang perlu untuk mengeluarkan uang sendiri selain sebagai alat tukar jual beli, juga sebagai simbol negara Indonesia.

Rupiah merupakan mata uang resmi Indonesia hingga kini (kodenya adalah IDR). Menurut sejarah, nama Rupiah diambil dari nama mata uang India Rupee. Nama rupiah pertama kali digunakan secara resmi dengan dikeluarkannya mata uang rupiah jaman pendudukan Dai Nippon pada Perang Dunia II. Setelah perang selesai, Bank Jawa, pelopor Bank Indonesia, mengeluarkan Rupiah. Sehubungan dengan itu mari kita sebagai warga negara Indonesia yang terus menerus berkejaran dengan kemiskinan, krisis akibat nilai tukar rupiah yang lemah mulai belajar mencintai uang dengan benar. Mencintai uang bukan dalam artian materialis akan tetapi cara kita memperlakukan uang sebagai salah satu simbol identitas negara kita. Uang merupakan kebutuhan yang kebanyakan kita bekerja demi mendapatkannya, tidak bisa dipungkiri uang adalah kebutuhan umat manusia demi kelangsungan hidupnya. Maka tak heran jika banyak yang bekerja keras demi mengumpulkan pundi-pundi persediaan uang dalam hidupnya. Dengan uang banyak, manusia percaya akan menikmati kehidupan yang menyenangkan, dengan uang manusia bisa memiliki segalanya.


Cintai penghasilan
Uang berasal dari hasil kita setelah bekerja, dan untuk mendapatkan pekerjaan dan ketika akan bekerja kita juga menggunakan uang untuk sekolah, kuliah, beli kendaraan, dami menunjang pekerjaan kita. Kemudian kita kembali mendapatkan uang. Dengan menyadari bahwa kita membayar mahal demi mendapatkan uang, maka baiknya kita juga dengan bijak menggunakan uang yang ada. Menggunakannya sesuai dengan kebutuhan, bukan menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak penting.

Menabung dan investasi
Banyak orang yang bekerja keras demi mendapatkan uang yang banyak bukan karena ada sesuatu yang direncanakan di kemudian hari, melainkan karena utang yang banyak, sehingga untuk menutupinya maka kita bekerja keras. Uang menjadi pengendali atas pekerjaan kita, bukan kita yang mengendalikannya. Kehadiran banyak tawaran barang dan jasa dewasa ini memang menggiurkan, banyak orang yang tidak tahan untuk tidak memilikinya, dimana-mana kita selalu ditawari banyak keindahan yang mendorong hasrat kita membuat hal tersebut menjadi kebutuhan dan terpaksa kita beli.

Melatih anak memakai uang
Tidak ada yang tidak mengenal uang, bahkan anak-anak sudah mengenal uang sejak mereka mengenal nilai. Memperkenalkan uang kepada anak cukup penting sehingga lambat laun ia akan mengerti nilai yang terdapat dalam uang. Mengajarkan hidup hemat dan sederhana kepada anak dimulai dengan teladan dari orang tua kepada mereka, serta memberitahu mereka betapa tidak mudahnya mendapatkan uang. Dewasa ini anak-anak sudah tidak asing lagi dengan barang-barang mewah yang sebenarnya bukanlah kebutuhan usia mereka. Hal ini menyebabkan budaya konsumerisme semakin merebak di kalangan anak-anak dan remaja. Maka tak heran banyak diantara remaja yang melakukan banyak cara demi mendapatkan uang, termasuk menjual diri. Memberikan uang yang secukupnya kepada anak dan mengajar mereka menyisihkan sebagaian dari yang kita berikan akan melatih mereka untuk berhemat.

Mendapat uang dengan cara halal
Kebutuhan akan uang tidak ada yang memungkiri, namun nyatanya uang sepertinya sudah memperbudak banyak orang dewasa ini. Meski memiliki uang yang banyak dari penghasilan sebagai pegawai pemerintah atau swasta ternyata tidak membuat manusia mengatakan cukup untuk penghasilannya. Selalu saja tidak puas dengan penghasilan saat ini, sehingga ada yang membuka usaha sampingan untuk menambah penghasilan, hal ini tentu baik karena akan bisa membuka lapangan kerja baru bagi mereka yang pengangguran. Akan tetapi banyak yang menggunakan cara-cara yang tidak benar demi uang, korupsi menjadi hal yang tidak asing lagi. Mendapatkan uang dengan cara yang tidak benar adalah cara yang sangat hina dan secara tidak langsung menghina uang sebagai simbol negara. Karena uang telah seolah menjadi penyebab para pejabat menghianati negara sendiri demi uang.

Berbagi kepada sesama
Dari pada menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak penting, lebih baik kita menggunakannya untuk menolong orang yang tidak beruntung di sekeliling kita. Sering kita membeli makanan mewah dan terbuang pada akhirnya sementara di sekitar kita banyak orang yang kelaparan. Sering kita membeli pakaian tiap minggu kemudian menumpuk di gudang saat di sekeliling kita banyak yang berpakaian compang-camping. Sering kita menggunakan uang untuk gonta-ganti kendaraan sedangkan disekeliling kita banyak orang yang tinggal di gerobak. Banyak orang yang membutuhkan uang untuk kebutuhan mereka yang sangat mendesak sementara kita membuang-buang uang hanya untuk sesuatu yang sangat tidak penting namun kita lakukan demi gaya dan demi gengsi. Pastinya masih banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai wujud kecintaan kita akan Rupiah dan kecintaan kita akan Indonesia. Selamat mencintai uang Rupiah.


Hasil analisa :

Jika kita analisa berdasarkan jenis pargraf maka tulisan di atas berjenis paragraf persuasif karena penulis berusaha mengajak para pembaca untuk mencintai dan semakin menghargai mata uang rupiah sebagai simbol dan kebanggaan bangsa Indonesia. Kesimpulan dari tulisan diatas adalah Banyak orang yang membutuhkan uang untuk kebutuhan mereka yang sangat mendesak sementara kita membuang-buang uang hanya untuk sesuatu yang sangat tidak penting namun kita lakukan demi gaya dan demi gengsi. Pastinya masih banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai wujud kecintaan kita akan Rupiah dan kecintaan kita akan Indonesia. Jika kita analisa salah satu paragraf di dalam tulisan diatas yaitu “Banyak orang yang bekerja keras demi mendapatkan uang yang banyak bukan karena ada sesuatu yang direncanakan di kemudian hari, melainkan karena utang yang banyak, sehingga untuk menutupinya maka kita bekerja keras. Uang menjadi pengendali atas pekerjaan kita, bukan kita yang mengendalikannya. Kehadiran banyak tawaran barang dan jasa dewasa ini memang menggiurkan, banyak orang yang tidak tahan untuk tidak memilikinya, dimana-mana kita selalu ditawari banyak keindahan yang mendorong hasrat kita membuat hal tersebut menjadi kebutuhan dan terpaksa kita beli.” Maka paragraf tersebut berbentuk deduktif karena kalimat inti terletak di awal paragraf yang ditandai dengan cetak tebal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar