Sabtu, 16 November 2013

Bahasa Indonesia 2 - Tulisan 20

TULISAN 20

Pengusaha : Mending Lungo Seko Indonesia !


“Mending lungo seko Indonesia !” (inspirasi : dosen mata kuliah mikro ekonomi dan ekonomi moneter)
Kalimat yang tertulis diatas adalah ekspresi ‘ngambek’nya perusahaan-perusahaan di Indonesia menyikapi amukan buruh yang menuntut upahnya naik, dimana peristiwa ini memang merupakan resiko yang didapat dari pasar Tenaga kerja. Ekspresi tersebut dalam bahasa indonesia berarti “mending pergi aja dari indonesia!” dan tentu saja kita (rakyat Indonesia) akan bersama-sama berteriak “JANGAN!!!!!” kepada mereka. Karena (kata teori), peran mereka sangat mendorong tingkat produk domestik bruto (PDB) dan menurunkan tingkat pengangguran di Indonesia bahkan di negara manapun.

Kenapa perusahaan bisa se-ngambek itu?
Tentu saja dalam kondisi seseram ini, tanpa berfikir dua kali, mereka (perusahaan) bisa saja hengkang dari Indonesia dan melakukan relokasi di negara tetangga, kemungkinan negara Vietnam tujuannya. Bisa jadi, peristiwa miris yang terjadi tahun 1998, dimana perusahaan-peruasahaan macam Adidas (contoh) dengan gagah hengkang ke Vietnam, meninggalkan luka bagi tenaga kerja Indonesia. Siapa yang nakal? Entahlah… Pilihan perusahaan untuk memilih Vietnam merupakan pilihan yang sama sekali tidak salah, bahkan pilihan itu merupakan pilihan yang paling tepat bagi mereka untuk mengembalikan kembali profit yang sempat anjlok selama di Indonesia. Negara ini memiliki tingkat upah yang lebih rendah dari Indonesia. Perlu diketahui, Indonesia adalah negara dengan tingkat upah tertinggi di Asia. Pegawai Negari Sipil (PNS) saja masih berada pada titik upah sebesar Rp. 1,200,000, buruh sudah minta Rp. 3,700,000 ? bisa-bisa, PNS yang nasibnya masih (maaf) terlantar, akan ikutan beradu nasib menjadi buruh juga.

Miris.
Tidak berbeda memang dengan pasar-pasar lainnya. Ada harga, ada tawar, ada penjual dan ada pembeli. Harga murah, pembeli di untungkan. Harga mahal, penjual yang diuntungkan Dalam hal ini yang dimaksud pembeli adalah perusahaan, sedangkan penjual adalah serikat buruh yang memperjualbelikan jasanya. Keduanya saling tarik menarik, satu ingin harga naik, satu lagi ingin harga turun. Begitu seterusnya. Sulit ditebak. Serikat pekerja menuntut harga naik karena upah adalah kehidupan mereka. Mereka akan melakukan apapun asal, kehidupan mereka terjamin, misal dengan aksi mogok kerja dengan andil-andil supaya perusahaan mengerti betapa berharganya mereka. Ternyata memang benar adanya. Akibat aksi mogok tersebut, sebuah perusahaan yang tidak bisa disebut namanya, hampir mengalami kerugian sebesar Rp. 4 Millyar per hari. Bayangkan bagaimana getar-getirnya perusahaan tersebut setiap hari. Bahkan mungkin mereka pun tidak pernah tidur dengan nyenyak.

Satu hal yang perlu dijaminkan oleh para buruh ketika perusahaan telah menaikkan upah mereka adalah, produktivitas yang juga meningkat. Tanpa adanya produktivitas yang berarti dari buruh, ini namanya pemerasan bagi perusahaan. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, perlu sekali memperhatikan produktivitasnya. Perusahaan dalam hal ini akan memberikan upah yang rendah, apabila diikuti juga dengan produktivitas mereka yang rendah (sebaliknya), rendahnya pendapatan buruh, dapat dipastikan hanya cukup untuk konsumsi sehingga menabung akan diabaikan. Padahal, tabungan adalah sumber utama pembentukan modal masyarakat. Sehingga, bank akan terus meningkatkan suku bunga untuk mengiming-imingi masyarakat agar menabung. Disisi lain, keadaan pasar modal juga akan semakin genting, dimana harga-harga saham (IHSG) yang murah akan membuat para pemodal asing menarik kembali modalnya, dan begitu seterusnya. Dalam dunia ekonomi, hal ini dinamakan Lingkaran Setan. Lingkaran setan itu harus diputus, supaya negara tersebut dapat bangkit. Satu-satunya cara adalah dengan memperbaiki produktivitas sebagai sebab awal terjadinya lingkaran setan ini.

Perusahaan tentu saja enggan menaikkan upah dan menginginkan upah rendah meskipun dengan iming-iming meningkatnya produktivitas yang biasanya hanya janji karena bagi perusahaan, upah adalah biaya. Biaya yang menentukan berapa keuntungan yang didapat setiap bulannya. Bagi buruh, kebijakan perusahaan yang menaikkan upah mereka sebesar Rp. 100.000 dinilai sangat tidak manusiawi. Namun, bagi perusahaan, biaya tersebut, apabila dikalikan dengan jumlah tenaga kerja yang ia miliki (>25) akan dinilai sangat berat apalagi jika tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas.

Akibatnya, melihat pengeluaran perusahaan untuk upah tenaga kerja yang nilainya setinggi itu, perusahaan kemudian akan membandingkan apabila pengeluaran tersebut digunakan untuk membeli mesin-mesin. Disamping mesin tidak dapat protes ketika digaji murah, mesin juga tentunya memiliki produktivitas yang lebih baik dibandingkan tenaga manusia. Ini yang dikhawatirkan. Perusahaan akan mulai memberhentikan buruh-buruh tersebut, dan menggantikannya dengan mesin. Hal ini dinilai cukup rasional dan efisien bagi perusahaan. Namun, tidak untuk buruh. Buruh akan kembali turun ke jalan-jalan menyuarakan rusaknya moral pengusaha yang mem-PHK mereka di tengah-tengah inflasi yang tak terkendali yang sebenarnya dibuat oleh mereka sendiri. Kenapa tidak? Mereka yang menginkan upah naik, tanpa mereka ketahui, semakin tinggi masyarakat memegang uang, semakin tinggi pula harga barang dan jasa (inflasi). Lama-kelamaan, mereka akan meronta-ronta lagi meminta upah naik, lalu harga barang jasa kembali mengikuti naiknya upah mereka. Begitu seterusnya entah sampai kapan. Dalam hal ini, pemerintahlah yang harusnya berperan dalam menengahi permasalahan antara  buruh dan pengusaha. Bahkan seharusnya, pemerintahlah yang harus didemo oleh buruh, bukan pengusaha. Dalam arti, buruh menagih kejelasan subsidi pendidikan, subsidi pengobatan, dan kebijakan-kebijakan lainnya yang mampu mengurangi pengeluaran buruh. Hati-hati !



Hasil analisa :

Jika kita analisa berdasarkan jenis paragraf, maka tulisan tersebut berjenis paragraf argumentatif, karena penulis mencoba untuk mengungkapkan alasan dan berbagai indikator untuk menjawab permasalahan yang berkembang di dalam tulisan tersebut. Jika kita analisa salah satu pargraf yaitu “Perusahaan tentu saja enggan menaikkan upah dan menginginkan upah rendah meskipun dengan iming-iming meningkatnya produktivitas yang biasanya hanya janji karena bagi perusahaan, upah adalah biaya. Biaya yang menentukan berapa keuntungan yang didapat setiap bulannya. Bagi buruh, kebijakan perusahaan yang menaikkan upah mereka sebesar Rp. 100.000 dinilai sangat tidak manusiawi. Namun, bagi perusahaan, biaya tersebut, apabila dikalikan dengan jumlah tenaga kerja yang ia miliki (>25) akan dinilai sangat berat apalagi jika tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas.” Maka paragraf tersebut berbentuk induktif karena kalimat inti atau kalimat utama terletak di akhir paragraf.

Bahasa Indonesia 2 - Tulisan 19

TULISAN 19

Iuran Premi Jaminan Kesehatan Seharusnya Merata


JAKARTA - Pemerintah segera memberlakukan Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan, banyak hal telah dilakukan, diantaranya penyusunan RPP BPJS yang sampai saat ini belum diputuskan pemerintah. Koordinator Wilayah Konferedasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) Wilayah Sulsel Andi Malanti mengatakan, BPJS ketenagakerjaan yang akan diberlakukan  1 Januari 2014 sangat mengkhawatirkan, karena sampai saat ini kurang dari 38 hari lagi diberlakukannya BPJS tersebut, Peraturan Pemerintah yang mengatur pelaksanaan BPJS belum juga dikeluarkan.

"Adanya peralihan program kesehatan Jamsostek ke Askes yang diberlakukan awal tahun besok, masih menjadi dilema bagi pekerja, seyogyanya pemerintah konsisten dengan upaya peningkatan kesejahteraan pekerja, selama ikut di Program Kesehatan Jamsostek, kami tidak membayar premi, tapi di BPJS nanti malah pekerja dibebani iuran," ungkap Andi dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Sabtu (9/11/2013). Andi menegaskan, kalau pemerintah serius memberikan kesejahteraan masyarakat pekerja, harusnya pemberlakuan iuran premi Jaminan Kesehatan itu merata untuk semua warga negara, untuk  mengurangi dananya, pemerintah bisa saja memakai dana para koruptor yang disita KPK dan Kepolisian.

"Saat ini kami menunggu itikad baik pemerintah untuk berdialog dengan masyarakat pekerja, sebelum RPP BPJS tersebut dikeluarkan. Ratusan triliun dana pekerja di Jamsostek, sewajarnya kami diakomodir oleh Pemerintah," imbuh Andi. Jamsostek sebagai penyelenggara BPJS Ketenagakerjaan, selama ini sudah banyak membantu para pekerja, adanya Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta (DPKP) dan pengelolaan investasi sudah bisa dirasakan oleh pekerja, seperti beasiswa, Pinjaman Uang Muka Perumahan (PUMP), pinjaman renovasi rumah, pengembangan saldo JHT yang di atas bunga deposito, dan sebagainya. "Kami apresiasi dengan kinerja Jamsostek yang konsisten memberikan benefit kepada pekerja, jadi ketika nanti BPJS Ketenagakerjaan ini diberlakukan, harapan pekerja terhadap manfaat pekerja harus bertambah, kalau sampai itu dikurang atau dihilangkan, pekerja bisa marah," ujaranya.
                                                                   

Pengamat perburuhan Nasional Fauna Sukma mengatakan, selama ini dana Jamsostek milik pekerja dan menjadi hak pekerja. Pemerintah jangan terlalu mencampuri apalagi memiliki kepentingan terhadap dana tersebut. Bagi Fauna, beri kesempatan lembaga profesional mengelola dan berikan kepercayaan kepada Jamsostek yang akan berta
ransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan tersebut untuk mengurus dana amanah itu. "Kita yakin Jamsostek mampu melaksanakannya untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat pekerja," jelasnya. Menurut Fauna, pelaksanaannya tinggal menghitung hari, RPP BPJS belum juga dikeluarkan oleh pemerintah, ini membuktikan pemerintah telah ikut campur terlalu jauh terhadap kepentingan uang buruh, sepertinya ada kesengajaan RPP BPJS ini dibuat molor, dan akan diterbitkan jelang diberlakukannya BPJS. "Sehingga RPP tersebut tidak bisa memberikan peluang untuk dikritisi oleh pekerja, kalau demikian ini termasuk kejahatan politik ketenagakerjaan," pungkasnya.



Hasil analisa :


Jika kita analisa salah satu pragraf yaitu “JAKARTA - Pemerintah segera memberlakukan Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan, banyak hal telah dilakukan, diantaranya penyusunan RPP BPJS yang sampai saat ini belum diputuskan pemerintah. Koordinator Wilayah Konferedasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) Wilayah Sulsel Andi Malanti mengatakan, BPJS ketenagakerjaan yang akan diberlakukan  1 Januari 2014 sangat mengkhawatirkan, karena sampai saat ini kurang dari 38 hari lagi diberlakukannya BPJS tersebut, Peraturan Pemerintah yang mengatur pelaksanaan BPJS belum juga dikeluarkan.” Maka paragraf tersebut berbentuk paragraf campuran, karena kalimat utama atau inti kalimat terletak di awal dan akhir paragraf. Jika kita analisa berdasarka jenis paragraf, tulisan diatas berjenis paragraf argumentatif,  karena penulis mencoba menyampaikan alasan- alasan sebagai indikator untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di dalam kasus tersebut.

Bahasa Indonesia 2 - Tulisan 18

TULISAN 18

Sosok di Balik Sukses APEC 2013


Perhelatan KTT APEC Indonesia 2013 di Bali, 1-8 Oktober 2013, berlangsung sukses dan mampu mengesankan para delegasi dari 21 negara anggota. Hal itu tertangkap media saat Presiden SBY mengajak para leaders untuk berfoto bersama yang menandai sesi akhir dari forum kerjasama negara-negara Asia Pasifik ini. Sejumlah kepala negara secara langsung mengatakan takjub dan puas dengan kemampuan Indonesia dalam menggelar hajatan besar berstandar internasional. Mereka juga menyimpulkan, APEC Indonesia kali ini merupakan yang terbaik dari segi penyelenggaraan. Hal itu dikatakan Chairul Tanjung (CT), Wakil Ketua Panitia APEC Indonesia, beberapa jam menjelang penutupan.

Bahkan Presiden Filipina, Benigno Aquino III, secara langsung memuji prestasi Indonesia ini. Sebagaimana disampaikan anak Corazon Aquino itu kepada Ketua Panitia APEC, Menko Perekonomian Hatta Rajasa. Dimana Pinoy panggilan akrab Aquino mengaku ragu negaranya akan mampu menyamai kehebatan Indonesia tahun ini. Sebagaimana kita tahu, KTT APEC berikutnya akan diselenggarakan di Filipina. Sedikit menghibur Pinoy, CT secara berkelakar meyakinkan bahwa Filipina mampu menyamai penyelenggaraan APEC Bali 2013 ini. “Kalau masih ragu, Mr Presiden bisa hire me”, kata CT bangga.

Banyak ukuran untuk mengatakan APEC Bali tak kalah, bahkan lebih sukses dari summit-summit sebelumnya. Pertama, dukungan terpenting untuk awak media dari seluruh dunia. Sebagaimana terungkap dari dialog antara Hatta dengan sejumlah jurnalis asing, semua mengaku aplikasi jaringan yang digawangi Telkom Indonesia mampu memuaskan mereka. Media Center APEC berada di satu hall luas yang bisa menampung hingga 3.000 wartawan. Tempat ini juga dilengkapi dengan 550 line fixed wireline, layanan IP Phone untuk telekomunikasi internasional (IDD Call), akses internet kecepatan tinggi dengan bandwidth hingga 2×10 Gbps, jaringan Wi-Fi yang all coverage, hingga Mobile SNG (Satellite News Gathering) untuk broadcaster dengan coverage nasional dan internasional serta jaringan privat ke semua lokasi venue.

Kedua, venue utama untuk para leaders, yaitu Sofitel Luxury Hotel benar-benar menawarkan kesejukan angin pantai kepada para kepala negara. Hotel baru yang khusus disiapkan untuk APEC ini langsung berhadapan dengan laut dengan arsitektur mengagumkan. Dengan banyak melakukan retreat di tempat terbuka, Presiden SBY berharap para leaders dapat menemukan solusi untuk masa depan Asia Pasifik dan dunia yang lebih baik di masa depan. Ketiga, The New Ngurah Rai Airport dan Jalan Tol Mandara yang mengapung di atas laut turut membuat decak kagum para delegasi. Ditambah dengan keramahtamahan khas masyarakat Bali, APEC kali ini benar-benar berlangsung sesuai harapan.

Berkat lobi dan kerja keras Hatta, hubungan SBY dan Mega makin hari kian membaik. Hatta juga pernah ditunjuk sebagai Ketua Tim Kampanye SBY-Boediono, 2009. Semua orang kala itu tak percaya SBY menunjuk “orang luar” dari PAN dan bukan Demokrat untuk menjadi ujung tombak pemenangan Presiden. Dan dengan kemampuan Hatta yang sebagian besar di balik layar pasangan SBY-Boediono melenggang satu putaran di Pilpres 2009. Ironisnya, sebelum menjadi Ketua Timses, Hatta justru digadang-gadang menjadi Wapres SBY. Mengenai hal ini, banyak pihak mempertanyakan apakah Hatta tidak kecewa saat SBY justru memilih Boediono. Namun Hatta bukan tipe politisi kemarin sore. Ia meminggirkan perasaan-perasaan itu, dan bahkah justru tampil terdepan mengawal duet SBY-Boediono. Benar-benar sikap gantleman dan tidak cengeng. Maka dengan segudang pengalaman dan loyalitas model di atas, Hatta bisa bertahan di kursi menteri sejak 2002 hingga kini.

Kembali ke hajatan APEC, Hatta memulai kerja besar ini praktis sekitar Juli 2013. Secara maraton sejumlah infrastruktur dibereskan bagaimanapun caranya. Bandara Ngurah Rai dikebut siang malam, tol Mandara dipastikan pada September dan Sofitel Hotel harus sudah jadi sebelum para leaders bertemu untuk retreat. Khusus hotel ini, yang akan jadi salah satu terbaik di Bali nantinya, dikebut hanya dalam waktu 1,5 tahun. Waktu yang mustahil sebagaimana diakui oleh Agung Podomoro Land selaku pengembang bila berkaca dari proyek-proyek sebelumnya. Namun berkat dukungan semua pihak, termasuk supervisi dari Ketua Panitia APEC, hotel berhasil diselesaikan tepat waktu.

Di luar itu, kesuksesan APEC Bali juga menular ke dalam KTT. Isu Kelapa Sawit yang selama ini selalu mentok di tangan negara-negara maju khususnya AS melaui syarat Enviromental Goods (EG) kali ini mulai terbuka seiring total diplomacy yang dilakukan delegasi Indonesia. Melalui jurus baru, yaitu sebagai produk yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga terbarukan, mendorong pembangunan perdesaan, dan pengentasan kemiskinan (Promoting Products with Contribute to Sustainable and Inclusive Growth through Rural Developmnet and Poverty Alleviation), inisiatif Indonesia tersebut akhirnya diterima. Skema terbaru ini diterima karena dianggap lebih konseptual. Di dalamnya mencakup empat parameter penting, yakni keberlanjutan, iklusivitas, pembangunan pedesaan, dan pembangunan pedesaan, serta pengentasan kemiskinan. Itulah sedikit tentang cerita di balik sukses APEC yang saya tangkap dari sejumlah pihak yang bekerja di sana. Kesimpulan yang bisa kita ambil, bahwa bangsa Indonesia tidak kalah dengan negara lain, bahkan dengan hasil lebih baik.


Hasil analisa :
Kesimpulan dari tulisan diatas adalah bahwa Negara Indonesia memiliki pengaruh yang besar terhadap segala aktivitas yang menyangkut kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan politik dunia sebagai salah satu negara yang mempunyai andil besar dalam memecahkan berbagai permasalahan dunia saat ini. Sekarang Negara Indonesia semakin dipandang oleh negara lain dan semakin dihormati karena peran besarnya ikut menciptakan situasi global yang mempuni. Jika kita analisa berdasarkan jenis paragraf, maka tulisan diatas termasuk kedalam jenis paragraf naratif, karena penulis berusaha menceritakan aktor di balik suksesnya APEC di Bali dengan segala indikator-indikator yang mendukungnya. Jika kita analisa salah satu kutipan paragraf yaitu “Kembali ke hajatan APEC, Hatta memulai kerja besar ini praktis sekitar Juli 2013. Secara maraton sejumlah infrastruktur dibereskan bagaimanapun caranya. Bandara Ngurah Rai dikebut siang malam, tol Mandara dipastikan pada September dan Sofitel Hotel harus sudah jadi sebelum para leaders bertemu untuk retreat. Khusus hotel ini, yang akan jadi salah satu terbaik di Bali nantinya, dikebut hanya dalam waktu 1,5 tahun. Waktu yang mustahil sebagaimana diakui oleh Agung Podomoro Land selaku pengembang bila berkaca dari proyek-proyek sebelumnya. Namun berkat dukungan semua pihak, termasuk supervisi dari Ketua Panitia APEC, hotel berhasil diselesaikan tepat waktu.” Maka bentuk paragraf tersebut adalah deduktif, karena inti kalimat atau kalimat utamanya terletak di awal paragraf.

Bahasa Indonesia 2 - Tulisan 17

TULISAN 17

Pola Konsumsi Orang Indonesia


Suatu ketika, seorang kawan yang bekerja di Kementerian Pertanian melontarkan pertanyaan mengenai harga kerupak kaleng dan sebiji telur ayam kepada saya. Dari pertanyaannya, saya baru sadar: harga dua bongkah kerupuk kaleng ternyata lebih mahal dari sebiji telur ayam. Sekedar merinci buat Anda yang tak percaya, harga sebongkah kerupuk kaleng saat ini Rp1.000, sementara harga sebiji telur ayam sebesar Rp1.500. Jadi, harga dua bongkah kerupuk kaleng lebih mahal Rp500 dibanding harga sebiji telur ayam. Padahal, dari segi kandungan gizi, jangankan dua bongkah, sekarung kerupuk pun kandungan gizinya jauh lebih rendah bahkan, boleh dibilang nihil bila dibandingkan dengan sebiji telur ayam. Begitulah faktanya, kerupuk mendapat tempat yang lebih istimewa dalam pola konsumsi orang Indonesia ketimbang telur ayam. Bagi banyak orang Indonesia, bukan makan namanya bila tanpa kerupuk.

Di lain waktu,  seorang kawan pernah bertutur, boss-nya yang baru pulang dari Singapura mengaku begitu kangen dengan kerupuk kaleng, bukan saja pada rasanya, tapi juga bunyi kriuk-kriuk-nya yang bisa membuat nafsu makan begitu menggelora. Ia bilang, selama beberapa hari di Singapura, boss-nya tak bisa menemukan kerupuk kaleng. Nampaknya, kerupuk kaleng mungkin juga kerupuk secara umum hanya ada di Indonesia. Negeri ini memang surganya kerupuk. Ada banyak varian kerupuk. Apapun bisa dijadikan kerupuk, mulai dari kulit binatang, ceker ayam, hingga daun bayam. Selain surganya kerupuk, Indonesia juga merupakan surganya sambal. Di negeri ini juga ada begitu banyak varian sambal. Nyaris setiap daerah memiliki kekhasan jenis sambal dengan cita rasanya masing-masing. Seperti halnya kerupuk, bagi sebagian besar orang Indonesia, tak nikmat rasanya bila makan tanpa ditemani sambal atau tanpa  cita rasa pedas pada makanan.

Cabai dan inflasi
Hal ini mengakibatkan pergerakan angka inflasi yakni variabel ekonomi makro yang sangat penting, yang menunjukkan perkembangan atau seberapa cepat harga-harga berubah dalam perekonomian amat dipengaruhi oleh pergerakan harga cabai yang merupakan bahan baku utama sambal dan sumber cita rasa pedas pada masakan. Bila harga cabai “kian pedas” karena suplai cabai di pasar terganggu, dapat dipastikan inflasi bakal meningkat  yang ujung-ujungnya bakal mempengaruhi perekonomian. Ini disebabkan besarnya bobot atau kontribusi cabai dalam perhitungan inflasi karena dikonsumsi secara masif dan dalam jumlah besar oleh seluruh penduduk Indonesia. Saking signifikannya peran cabai dalam pergerakan angka inflasi, seorang pejabat Bank Indonesia, lembaga yang memiliki otoritas untuk mengendalikan inflasi, pernah meminta agar cabai dikeluarkan saja dari komoditas yang diikutkan dalam perhitungan inflasi. Tentu permintaan yang keliru. Seharusnya, bila hendak meredam pengaruh cabai terhadap pergerakan inflasi, yang mesti dilakukan adalah menjaga kestabilan harga cabai di pasar.

Suplai komoditas ini harus selalu mencukupi setiap saat. Karena  hampir semua orang Indonesia butuh cabai saat hendak makan. Tentu ini tak mudah. Karena, cabai adalah tanaman semusim yang tak bisa dibudidayakan secara maksimal sepanjang tahun. Mau tak mau, di tengah kebutuhan akan cabai yang terus meningkat, konsumsi cabai segar harus ditekan. Orang Indonesia harus terbiasa mengkonsumsi cabai olahan (bubuk atau yang telah dikeringkan). Ini juga sulit karena menyangkut selera  dan  cita rasa.


Nasi dan mie instan
Yang juga unik dari pola konsumsi kita, orang Indonesia, adalah peran beras/ nasi sebagai sumber utama karbohidrat. Sekitar 80 persen pemenuhan karbohidrat orang Indonesia berasal dari nasi yang ditanak dari beras. Partisipasi orang Indonesia dalam mengkonsumsi beras juga nyaris seratus persen. Itu artinya, hampir semua orang Indonesia dari Sabang sampai Merauke menjadikan beras sebagai makanan pokok utama. Fakta ini menjadikan konsumsi beras penduduk Indonesia sangat tinggi. Bayangkan, dalam setahun setiap orang Indonesia secara rata-rata mengkonsumsi sekitar 139 kilogram beras. Makanya, produksi  dan ketersediaan beras yang mencukupi menjadi isu penting di negeri ini, baik secara ekonomi maupun sosial-politik. Pasalnya, persoalan ini menyangkut urusan perut sekitar 250 juta penduduk.

Konsumsi beras yang tinggi juga merupakan penyebab utama tingginya prevelensi penyakit diabetes di Indonesia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, Indonesia menduduki peringkat ke-4 sebagai negara dengan prevelensi diabetes tertinggi di dunia. Celakanya, di tengah pesatnya laju pertambahan penduduk, Indonesia dihadapkan pada kebutuhan beras yang terus meningkat, sementara pada saat yang sama kapasitas produksi padi/ beras tumbuh lebih lambat. Dalam soal ini, yang juga mengkhawatirkan adalah kian maraknya konversi lahan sawah ke penggunaan  non-pertanian  yang otomatis bakal menggerus kapasitas produksi. Mau tak mau, bila produksi dalam negeri tak mencukupi, pilahannya harus mengimpor dari luar negeri.

Jalan keluarnya, konsumsi beras harus ditekan. Dan diversifikasi pangan (sumber karbohidrat) harus digalakkan. Ini tak mudah. Merubah pola konsumsi nasi orang Indonesia tak semudah membalikkan telapak tangan. Buktinya, kampanye agar mengurangi konsumsi beras dan beralih ke pangan lokal pengahasil kerbohidrat lainnya (misalnya, one day no rice) telah dilakukan sebegitu rupa, namun hasilnya belum maksimal. Bagi orang Indonesia, bukan makan namanya bila tanpa nasi. Selian soal selera, juga soal gengsi dan prestise: ada persepsi keliru bahwa mengkonsumsi jagung atau umbi-umbian sebagai pengganti beras identik dengan kemiskinan (tidak mampu membeli beras). Celakanya, meski konsumsi beras cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir, penurunan ini justru dibarengi dengan meningkatnya konsumsi produk olahan gandum, bukan komoditas pangan lokal. Padahal gandumnya harus diimpor dari luar negeri. Salah satu produk olahan gandum yang kian penting peranannya dalam pola konsumsi orang Indonesia sebagai sumber karbohidrat (pengganti nasi) adalah mie instan. Bayangkan, menurut data Bank Dunia, Indonesia merupakan negara pengkonsumsi mie instan terbesar kedua di dunia, dengan konsumsi mencapai 13,7 miliar bungkus pada tahun 2008. Konsekuensinya, konsumsi tepung terigu meningkat dan Indonesia menjadi satu dari lima negara pengimpor gandum terbesar di dunia pada tahun 2008. Pengaruh iklan mie instan yang ditayangkan saban hari di televisi nampaknya sangat efektif dalam memengaruhi pola konsumsi sebagian besar orang Indonesia.


Hasil analisa :
Kesimpulan dari tulisan diatas adalah pola konsumsi orang indonesia yang bervariasi berdasarkan pada pola konsumerisme yang sudah mendarah daging. Seharusnya perilaku seperti ini harus mulai dicegah dan diminimalisir untuk memperbaiki permasalahan konsumerisme yang semakin merejalela. Jika kita analisa salah satu paragraf yaitu “Suplai komoditas ini harus selalu mencukupi setiap saat. Karena  hampir semua orang Indonesia butuh cabai saat hendak makan. Tentu ini tak mudah. Karena, cabai adalah tanaman semusim yang tak bisa dibudidayakan secara maksimal sepanjang tahun. Mau tak mau, di tengah kebutuhan akan cabai yang terus meningkat, konsumsi cabai segar harus ditekan. Orang Indonesia harus terbiasa mengkonsumsi cabai olahan (bubuk atau yang telah dikeringkan). Ini juga sulit karena menyangkut selera  dan  cita rasa.” Maka paragraf diatas berbentuk parraf deduktif karena initi kalimat atau kalimat utama terletak di awal paragraf. Jika kita analisa berdasarkan jenis paragraf maka tulisan ini berjenis naratif karena penulis mencoba mengutarakan fenomena yang timbul dari permasalahan yang sedang berekembang mengeanai masalah pola konsumsi orang Indonesia yang kompleks.

Bahasa Indonesia 2 - Tulisan 16

TULISAN 16

Dilihat Diraba Diterawang versi 100 Dollar AS Terbaru




Setelah dipublikasikan pertama sekali pada 10 Februari 2011, akhirnya pemerintah AS mengumumkan secara resmi penggunaan desain terbaru denominasi 100 dollar AS, pada 8 Oktober 2013 lalu. Koran Kompas  edisi 24 Oktober 2013 halaman 17 melansir berita tentang  cara Pemerintah AS melalui Bank Sentral  AS (Federal Reserve) memperkenalkan disain 100 dollar AS pada 8 Oktober lalu.

Tulisan ini tidak mengupas lagi tentang pemberitaan menarik tersebut. Tulisan ini juga tidak membawa kita berangan-angan merambah aneka bentuk awan di langit akan seperti apa. Tulisan ini hanya mengupas tentang bagaimana langkah pemerintah AS mengatasi dan mengeliminir risiko mafia pencetak uang palsu AS khususnya pada denominasi 100 dollar. Berikut beberapa terobosan terbaru yang membuat kita berdecak kagum atau mungkin juga dapat ditiru oleh negara manapun dalam memerangi jaringan pembuat uang palsu.

Beberapa Hal unik di dalam denominasi 100 US Dollar terbaru.
1.  Fitures keamanan kini ditambah dua lagi, yaitu pita dalam bentuk 3 dimensi yang dapat menghasilkan warna merah, putih dan biru lambang warna bendera nasional AS. Pita 3 dimensi yang dasarnya berwarna biru ini dianggap sebagai sebuah terobosan teknologi terbaru dan selangkah lebih maju dari upaya mafia pemalsu dollar AS.
  1. Gambar tersamar Benjamin Franklin bapak pembangunan dan ekonomi AS dalam sejarah AS. Gambar ini mungkin terasa membosankan, akan tetapi sengaja didesain sedemikian rupa selain untuk menghormati bapak ekonomi AS (sekaligus mantan Presiden AS)  juga diyakini akan mempersulit jaringan pemalsu uang.
  2. Logo berwarna keeamasan bergambar lonceng emas di dalam botol bertinta emas (bell in inkwell), berdampingan dengan nominal 100 yang juga berwarna keemasan, tentu bukanlah asal gambar. Pesan rahasia di dalamnya adalah :
o    Lonceng emas adalah simbol kemerdekaan AS, 4 Juli 1776.
o    Botol bertinta emas, melambangkan sejarah AS yang pada akhirnya mencapai masa keeamasan yang kini mengarah kepada mata uang AS kini “didukung” oleh emas.
o    Lonceng ini akan berubah warna menjadi hijau jika dimiringkan 45 derajat.
  1. Serie 2009 yang digunakan pada denominasi yang sama sebelumnya memiliki makna tonggak rencana AS untuk meneruskan cita-cita peluncuran standard emas dalam ekonomi AS yang pernah hampir hancur perekonomiannya pada era 1933 ketika ekonomi AS mengalami krisis berat akibat pengaruh fasisme Jerman menguasai industri AS.
  2. Menurut informasi CBS, teknologi yang digunakan untuk mencegah pemalsuan nominal ini tidak tanggung-tanggun. Diperkirakan setiap 100 dollar memerlukan 4 sent biaya menghadirkan fitures berteknologi tinggi ini.

Mengantisipasi pemalsuan dollar AS yang makin marak, pemerintah melibatkan Badan Intelijen Federal memberikan masukan terkait cara kerja mafia pemalsu uang kaliber internasional. Selain itu tentu tidak ketinggalan meneruskan tradisi sejumlah teka-teki simbol-simbol kejayaan AS dalam percaturan globalisasi. Kementerian Keuangan dengan mempertimbangkan kebijakan moneter, ekonomi dan fiskal memberi masukan tentang kapasitas jumlah uang AS yang paling eifisien dapat beredar di seluruh dunia. Percetakan negara yang didominasi oleh arsitek dan disain grafis berhaluan nasionalis AS tentu saja mempersiapkan aneka lambang-lambang yang unik dan penuh rahasia yang dikaitkan dengan teori Masson oleh beberapa pengamat antisemit.

Bank Sentral sendiri bertugas mendistribusikan dan mengontrol peredaran mata uang tersebut sesuai dengan kebutuhan dan strategi ekonomi dan keuangan AS. Dengan demikian secara  teoritis terlihat betapa kerjasama itu menghasilkan sebuah jaminan kerjasama anti uang palsu AS. Meski hal itu dalam prakteknya tidak akan pernah menjamin 100% mengalahkan praktek pemalsuan uang akan tetapi langkah-langkah tersebut memperlihatkan sebuah terobosan baru yang dikemas secara apik, artistik, futuristik dan berteknologi tinggi.

Direktur uang kertas Federal Reserve (The Fed) Michael J Lambert memberi penilaian positif terhadap langkah proteksi berteknologi tinggi tersebut.  “Kami meastikan selalu selangkah lebih maju dari kemungkinan pemalsuan uang,” ujarnya. (Kompas 24/10/2013). Lebih lanjut, Lambert memastikan langkah itu ditempuh setelah mempertimbangkan kebiasaan dalam masyrakat  yang tidak ingin menghafal terlalu banyak untuk mendifinisikan uang palsu. Masyarakat hanya ingin memastikan uang mereka tidak mudah dipalsukan. Lambert benar, pemilik uang seharusnya tidak merasa was-was dengan uang palsu. Selain itu tidak mudah juga mafia pemalsu uang melakukannya lagi kecuali dengan biaya yang amat mahal. Selain itu juga masyarakat tidak perlu resah atau panik menukarkan denominasi 100 dollar mereka ke desain yang baru.

Terlihat, betapa masyarakat dibuat tidak panik  oleh pemerintah yang secara efektif memberi “jaminan” perlindungan dan bertindak penuh tanggung jawab. Masyarakat juga tak perlu lagi menghafal tanda-tanda uang asli atau palsu dengan “teknologi” 3D tradisional : Dilihat, Diraba, Diterawang. Benar, sama-sama menggunakan istilah “3D,” tapi mungkin agak beda dalam pengertian aplikasi teknologinya. Jadi tak heran pemalsuan uang kita semkin marak bahkan kebablasan. Tak salah berguru menggunakan teknologi 3 D sebenarnya dari Paman Sam, hehehehe..
Salam Kompasiana


Hasil analisa :

Kesimpulan dari tulisan diatas adalah bahwa masyarakat dibuat tidak panik  oleh pemerintah yang secara efektif memberi “jaminan” perlindungan dan bertindak penuh tanggung jawab. Masyarakat juga tak perlu lagi menghafal tanda-tanda uang asli atau palsu dengan “teknologi” 3D tradisional : Dilihat, Diraba, Diterawang. Benar, sama-sama menggunakan istilah “3D,” tapi mungkin agak beda dalam pengertian aplikasi teknologinya. Jadi tak heran pemalsuan uang kita semakin marak bahkan kebablasan. Jika kita analisa salah satu paragraf yaitu “Direktur uang kertas Federal Reserve (The Fed) Michael J Lambert memberi penilaian positif terhadap langkah proteksi berteknologi tinggi tersebut.  “Kami memastikan selalu selangkah lebih maju dari kemungkinan pemalsuan uang,” ujarnya. (Kompas 24/10/2013). Lebih lanjut, Lambert memastikan langkah itu ditempuh setelah mempertimbangkan kebiasaan dalam masyrakat  yang tidak ingin menghafal terlalu banyak untuk mendifinisikan uang palsu. Masyarakat hanya ingin memastikan uang mereka tidak mudah dipalsukan. Lambert benar, pemilik uang seharusnya tidak merasa was-was dengan uang palsu. Selain itu tidak mudah juga mafia pemalsu uang melakukannya lagi kecuali dengan biaya yang amat mahal. Selain itu juga masyarakat tidak perlu resah atau panik menukarkan denominasi 100 dollar mereka ke desain yang baru.” Maka paragraf tersebut berbentuk induktif karena kalimat inti atau kalimat utama terdapat di akhir paragraf yang ditunjukan dengan cetak tebal. Berdasarkan jenis paragraf, tulisan diatas berjenis paragraf exposisi, karena penulis mencoba menjelaskan poin-poin khusus menenai fenomena yang timbul di dalam tulisan tersebut.

Bahasa Indonesia 2 - Tulisan 15

TULISAN 15

Benarkah Indonesia Tidak Kompetitif?


Pagi ini ketika saya berangkat menuju kantor, iseng-iseng saya membuka blackberry dan membaca status teman-teman. Diantara beragam status terdapat satu status dari seorang teman yang bekerja di sebuah pabrik di kawasan Cikarang. Begini bunyinya : ” Demo, demo terus gajian, kerjanya kapan ya??, mau jadi apa negeri ini??”. Tertarik dengan status ini saya pun mengirimkan pesan singkat kepadanya “kenapa broh? Demo lagikah?” Sang kawan menjawab “yoi broh…tutup pabrik karena demo…”
Ternyata hari ini yang bertepatan dengan sumpah pemuda terjadi demo besar-besaran buruh yang mengusung tiga tuntutan :

1. Kenaikan UMP tingkat propinsi sebesar 50%.
2. Menolak dan mendesak inpres tentang UMP.
3. Menuntut jaminan kesehatan

Berkaitan dengan poin nomor satu termasuk didalamnya tuntutan kenaikan upah minimum propinsi DKI Jakarta menjadi 3.7 juta per bulan. Dari tuntutan itu saya jadi berpikir apakah upah buruh di Indonesia saat ini sedemikian rendahnya sehingga tuntutan kenaikan begitu tinggi. Kebetulan saya memiliki data upah minimum negara lain di Asia yang mungkin bisa jadi perbandingan. Negara tersebut adalah India. Di negara Bollywood ini saya mendapati upah minimum dibedakan berdasarkan tingkat skill seseorang yaitu dari yang low skill hingga high skill. Untuk level low skill UMP di India adalah 3200 rupee atau setara dengan Rp 720 ribu per bulan (kurs 1 rupee = 200 rupiah). Sedangkan untuk yang high skill ump mencapai angka 8000 rupee atau setara dengan 1.6 juta rupiah per bulan. Apabila dibandingkan dengan UMP DKI saat ini yang mencapai 2.2 juta rupiah maka sebenarnya UMP kita saat ini masih jauh lebih tinggi dibandingkan India.

Menurut pendapat saya kenaikan UMP yang terlalu tinggi dapat menurunkan tingkat kompetitif perusahaan Indonesia di tingkat global karena otomatis dengan UMP yang tinggi para pengusaha akan menaikkan harga jual mereka kepada konsumen termasuk eksport. Dengan kenaikan harga yang signifikan tentu saja akan membuat para konsumen global berpikir ulang untuk membeli produk Indonesia.Hal ini sangat disayangkan karena sebelumnya Indonesia masuk dalam kategori kompetitif bahkan jika dibandingkan dengan Cina yang UMP semakin tinggi. Dampak l angsung dari kenaikan UMP ini adalah pengusaha cenderung memilih membeli mesin untuk menggantikan tenaga kerja yang semakin mahal dan dapat ditebak pada akhirnya buruh juga yang merasakan konsekuensinya yaitu pengurangan jumlah karyawan.

Saya menulis artikel ini bukan dalam rangka memihak para pengusaha atau pemodal besar tetapi untuk mengajak semua pihak berpikir solusi bersama yang terbaik dalam jangka panjang. Saya yang berkecimpung dalam dunia pembelian mengetahui persis bahwa saat ini perusahaan besar di dunia yang menjadi konsumen produk-produk Indonesia mulai berpikir untuk mencari sumber produk dari negara lain termasuk India. Alasannya ya karena kenaikan UMP yang signifikan dianggap ketidakmampuan perusahaan Indonesia memberikan harga yang kompetitif. Semoga kita semua dapat berpikir jernih dan tidak terjebak dalam emosi sesaat.
Salam Hangat Dari Shanghai!


Hasil analisa :

Kesimpulan dari tulisan diatas adalah dampak langsung dari kenaikan UMP ini adalah pengusaha cenderung memilih membeli mesin untuk menggantikan tenaga kerja yang semakin mahal dan dapat ditebak pada akhirnya buruh juga yang merasakan konsekuensinya yaitu pengurangan jumlah karyawan. Saat ini perusahaan besar di dunia yang menjadi konsumen produk-produk Indonesia mulai berpikir untuk mencari sumber produk dari negara lain termasuk India. Alasannya karena kenaikan UMP yang signifikan dianggap ketidakmampuan perusahaan Indonesia memberikan harga yang kompetitif. Jika kita analisa berdasarkan jenis paragraf, tulisan diatas berjenis paragraf argumentatif, karena penulis berusaha menerangkan alasan-alasan yang ia tulis berdasarkan permasalahan yang timbul. Jika kita analisa salah satu paragraf yaitu “Menurut pendapat saya kenaikan UMP yang terlalu tinggi dapat menurunkan tingkat kompetitif perusahaan Indonesia di tingkat global karena otomatis dengan UMP yang tinggi para pengusaha akan menaikkan harga jual mereka kepada konsumen termasuk eksport. Dengan kenaikan harga yang signifikan tentu saja akan membuat para konsumen global berpikir ulang untuk membeli produk Indonesia. Hal ini sangat disayangkan karena sebelumnya Indonesia masuk dalam kategori kompetitif bahkan jika dibandingkan dengan Cina yang UMP semakin tinggi. Dampak langsung dari kenaikan UMP ini adalah pengusaha cenderung memilih membeli mesin untuk menggantikan tenaga kerja yang semakin mahal dan dapat ditebak pada akhirnya buruh juga yang merasakan konsekuensinya yaitu pengurangan jumlah karyawan.” Maka bnentuk paragraf tersebut adalah campuran karena kalimat utama terletak di awal dan akhir paragraf.

Bahasa Indonesia 2 - Tulisan 14

TULISAN 14

Penjajahan Kapitalisme Lebih Kejam dari Penjajahan Belanda



Banyak kalangan yang menyatakan bahwa Indonesia masih belum merdeka. Masih dijajah oleh yang namanya kapitalisme asing. Mungkin pendapat itu ada benarnya atau pendapat itu memang benar.

Coba perhatikan! Di masyarakat sekarang apa yang berbau-bau asing atau produk dari perusahaan asing itu yang sudah dianggap benar atau baik. Dari pakaian, gaya hidup, makanan, minuman, arsitek rumah, dan lain-lain. Bahkan tanpa sadar bahwa demokrasi yang selama ini yang kita agung-agungkan juga berbau asing. Dan kapitalisme adalah sistem terselubung asing dalam menguasai suatu bangsa. Perhatikan lagi produk-produk yang beredar di masyarakat! Tanpa disadari semuanya produk dari perusahaan asing atau perusahaan asing yang buka usaha di indonesia. Sumber daya alam yang seharusnya dikuasai sepenuhnya oleh negara, telah dikuasai oleh fihak-fihak asing. Ekonomi dikuasai oleh segelintir orang. Rakyat dijadikan budak mesin yang harus bekerja keras 24 jam. Harus bayar cicilan ini, cicilan itu. Harus bayar biaya sekolah anak yang tidak murah harganya. Belum lagi lewat iklan di televisi kita dirayunya untuk sesuatu yang sebenarnya kita perlukan. Dan kapitalisme asing sekarang ternyata lebih kejam dari penjajahan belanda. Coba pikirkan! Pemerintah Belanda dulu hanya menjajah tanah bangsa Indonesia, yang mana tanah tersebut dijadikan perkebunan, ditanami teh, kopi, rempah-rempah dan lain-lain. Lalu hasilnya dijual Belanda ke pasar internasional.

Sedangkan Kapitalisme sekarang telah menjajah nusantara secara menyeluruh. Beda dengan Belanda yang hanya menjajah tanah atas, kapitalisme sekarang menyikat apa yang ada di dalam tanah. Timah, besi, emas, batubara, dan lain-lain. Belanda tidak menjajah sosial dan agama. Kerajaan-kerajaan di Nusantara tidak dibubarkan dan dirampas. Raja-rajanya tidak dibunuh. Saat itu aturannya, semua kerajaan di nusantara di bawah kerajaan belanda. Sejarah yang tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah. Jika Belanda menghancurkan semua kerajaan di Nusantara, maka kita tidak tidak akan kenal kerajaan-kerajaan yang ada di daerah kita masing-masing. Seperti jogja, banjar, mataran, dll. Malah demokrasi sekarang ini membuat kerajaan-kerajaan menjadi menghilang.


Selama 350 tahun dijajah, rakyat Indonesia yang mayoritas muslim tidak pernah dipaksa dan diintimidasi untuk pindah agama. Jadi perlukan diluruskan tentang penjajahan Belanda di Indonesia. Kalau benar penjajahan Belanda seperti di buku-buku sejarah, niscaya rakyat muslim di nusantara telah berubah agama. Mengikuti agamanya orang-orang belanda.
Sistem kapitalisme sangat pintar, mereka ciptakan satu sistem yang membuat rakyat Indonesia dijadikan bangsa yang konsu
mtif dan boros. Otak kita ini telah dicuci, sehingga kita tidak tahu lagi yang benar. Otak terputar 180 derajat. Sesuatu yang seharusnya baik, kini kita anggap tidak baik. Sedang sesuatu yang seharusnya tidak baik, kita anggap sesuatu yang baik.


Hasil analisa :


Jika kita analisa berdasarkan jenis paragraf maka tulisan diatas berjenis pargraf exposisi karena penulis berusaha mengungkapkan kejelasan mengenai fenomena yang timbul dari permasalahan kasus diatas dengan jelas dan benar. Jika kita analisa salah satu paragraf yaitu “Sedangkan Kapitalisme sekarang telah menjajah nusantara secara menyeluruh. Beda dengan Belanda yang hanya menjajah tanah atas, kapitalisme sekarang menyikat apa yang ada di dalam tanah. Timah, besi, emas, batubara, dan lain-lain. Belanda tidak menjajah sosial dan agama. Kerajaan-kerajaan di Nusantara tidak dibubarkan dan dirampas. Raja-rajanya tidak dibunuh. Saat itu aturannya, semua kerajaan di nusantara di bawah kerajaan belanda. Sejarah yang tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah. Jika Belanda menghancurkan semua kerajaan di Nusantara, maka kita tidak tidak akan kenal kerajaan-kerajaan yang ada di daerah kita masing-masing. Seperti jogja, banjar, mataran, dll. Malah demokrasi sekarang ini membuat kerajaan-kerajaan menjadi menghilang.” Maka paragraf tersebut berbentuk induktif karena inti kalimat terletak di akhir paragraf ditandai dengan cetak tebal dan kalimat tersebut menunjukan kesimpulan.

Bahasa Indonesia 2 - Tulisan 13

TULISAN  13

Hari Uang Nasional, Mari Cintai Rupiah



Hari ini sangat bersejarah bagi Indonesia, karena pada tanggal ini pertama kalinya menerbitkan mata uang rupiah. Sejak 1610 hingga 1817, Indonesia telah menggunakan mata uang Belanda, Gulden. Sejarah uang Republik Indonesia sendiri dibagai dalam dua periode, yang pertama adalah periode ORI (Oeang Republik Indonesia), kemudian periode Rupiah. Mata uang rupiah menggantikan mata uang Jepang dan Javaasche Bank pada tanggal 30 Oktober 1946 dengan nama Oeang Republik Indonesia.

ORI (Oeang Republik Indonesia) merupakan uang pertama yang dimiliki oleh negara kita setelah merdeka. Presiden pertama RI, Soekarno adalah tokoh yang sering muncul dalam desain uang kertas ORI yang resmi beredar pada 30 Oktober 1946. Kemudian uang kertas Seri ORI II terbit di Jogjakarta pada 1 Januari 1947. Selanjutnya seri ORI III terbit di Jogjakarta pada 26 Juli 1947, Seri ORI Baru di Jogjakarta pada 17 Agustus 1949, dan Seri Republik Indonesia Serikat (RIS) di Jakarta pada 1 Januari 1950. Sebagai sebuah negara, pemerintah Indonesia saat itu memandang perlu untuk mengeluarkan uang sendiri selain sebagai alat tukar jual beli, juga sebagai simbol negara Indonesia.

Rupiah merupakan mata uang resmi Indonesia hingga kini (kodenya adalah IDR). Menurut sejarah, nama Rupiah diambil dari nama mata uang India Rupee. Nama rupiah pertama kali digunakan secara resmi dengan dikeluarkannya mata uang rupiah jaman pendudukan Dai Nippon pada Perang Dunia II. Setelah perang selesai, Bank Jawa, pelopor Bank Indonesia, mengeluarkan Rupiah. Sehubungan dengan itu mari kita sebagai warga negara Indonesia yang terus menerus berkejaran dengan kemiskinan, krisis akibat nilai tukar rupiah yang lemah mulai belajar mencintai uang dengan benar. Mencintai uang bukan dalam artian materialis akan tetapi cara kita memperlakukan uang sebagai salah satu simbol identitas negara kita. Uang merupakan kebutuhan yang kebanyakan kita bekerja demi mendapatkannya, tidak bisa dipungkiri uang adalah kebutuhan umat manusia demi kelangsungan hidupnya. Maka tak heran jika banyak yang bekerja keras demi mengumpulkan pundi-pundi persediaan uang dalam hidupnya. Dengan uang banyak, manusia percaya akan menikmati kehidupan yang menyenangkan, dengan uang manusia bisa memiliki segalanya.


Cintai penghasilan
Uang berasal dari hasil kita setelah bekerja, dan untuk mendapatkan pekerjaan dan ketika akan bekerja kita juga menggunakan uang untuk sekolah, kuliah, beli kendaraan, dami menunjang pekerjaan kita. Kemudian kita kembali mendapatkan uang. Dengan menyadari bahwa kita membayar mahal demi mendapatkan uang, maka baiknya kita juga dengan bijak menggunakan uang yang ada. Menggunakannya sesuai dengan kebutuhan, bukan menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak penting.

Menabung dan investasi
Banyak orang yang bekerja keras demi mendapatkan uang yang banyak bukan karena ada sesuatu yang direncanakan di kemudian hari, melainkan karena utang yang banyak, sehingga untuk menutupinya maka kita bekerja keras. Uang menjadi pengendali atas pekerjaan kita, bukan kita yang mengendalikannya. Kehadiran banyak tawaran barang dan jasa dewasa ini memang menggiurkan, banyak orang yang tidak tahan untuk tidak memilikinya, dimana-mana kita selalu ditawari banyak keindahan yang mendorong hasrat kita membuat hal tersebut menjadi kebutuhan dan terpaksa kita beli.

Melatih anak memakai uang
Tidak ada yang tidak mengenal uang, bahkan anak-anak sudah mengenal uang sejak mereka mengenal nilai. Memperkenalkan uang kepada anak cukup penting sehingga lambat laun ia akan mengerti nilai yang terdapat dalam uang. Mengajarkan hidup hemat dan sederhana kepada anak dimulai dengan teladan dari orang tua kepada mereka, serta memberitahu mereka betapa tidak mudahnya mendapatkan uang. Dewasa ini anak-anak sudah tidak asing lagi dengan barang-barang mewah yang sebenarnya bukanlah kebutuhan usia mereka. Hal ini menyebabkan budaya konsumerisme semakin merebak di kalangan anak-anak dan remaja. Maka tak heran banyak diantara remaja yang melakukan banyak cara demi mendapatkan uang, termasuk menjual diri. Memberikan uang yang secukupnya kepada anak dan mengajar mereka menyisihkan sebagaian dari yang kita berikan akan melatih mereka untuk berhemat.

Mendapat uang dengan cara halal
Kebutuhan akan uang tidak ada yang memungkiri, namun nyatanya uang sepertinya sudah memperbudak banyak orang dewasa ini. Meski memiliki uang yang banyak dari penghasilan sebagai pegawai pemerintah atau swasta ternyata tidak membuat manusia mengatakan cukup untuk penghasilannya. Selalu saja tidak puas dengan penghasilan saat ini, sehingga ada yang membuka usaha sampingan untuk menambah penghasilan, hal ini tentu baik karena akan bisa membuka lapangan kerja baru bagi mereka yang pengangguran. Akan tetapi banyak yang menggunakan cara-cara yang tidak benar demi uang, korupsi menjadi hal yang tidak asing lagi. Mendapatkan uang dengan cara yang tidak benar adalah cara yang sangat hina dan secara tidak langsung menghina uang sebagai simbol negara. Karena uang telah seolah menjadi penyebab para pejabat menghianati negara sendiri demi uang.

Berbagi kepada sesama
Dari pada menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak penting, lebih baik kita menggunakannya untuk menolong orang yang tidak beruntung di sekeliling kita. Sering kita membeli makanan mewah dan terbuang pada akhirnya sementara di sekitar kita banyak orang yang kelaparan. Sering kita membeli pakaian tiap minggu kemudian menumpuk di gudang saat di sekeliling kita banyak yang berpakaian compang-camping. Sering kita menggunakan uang untuk gonta-ganti kendaraan sedangkan disekeliling kita banyak orang yang tinggal di gerobak. Banyak orang yang membutuhkan uang untuk kebutuhan mereka yang sangat mendesak sementara kita membuang-buang uang hanya untuk sesuatu yang sangat tidak penting namun kita lakukan demi gaya dan demi gengsi. Pastinya masih banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai wujud kecintaan kita akan Rupiah dan kecintaan kita akan Indonesia. Selamat mencintai uang Rupiah.


Hasil analisa :

Jika kita analisa berdasarkan jenis pargraf maka tulisan di atas berjenis paragraf persuasif karena penulis berusaha mengajak para pembaca untuk mencintai dan semakin menghargai mata uang rupiah sebagai simbol dan kebanggaan bangsa Indonesia. Kesimpulan dari tulisan diatas adalah Banyak orang yang membutuhkan uang untuk kebutuhan mereka yang sangat mendesak sementara kita membuang-buang uang hanya untuk sesuatu yang sangat tidak penting namun kita lakukan demi gaya dan demi gengsi. Pastinya masih banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai wujud kecintaan kita akan Rupiah dan kecintaan kita akan Indonesia. Jika kita analisa salah satu paragraf di dalam tulisan diatas yaitu “Banyak orang yang bekerja keras demi mendapatkan uang yang banyak bukan karena ada sesuatu yang direncanakan di kemudian hari, melainkan karena utang yang banyak, sehingga untuk menutupinya maka kita bekerja keras. Uang menjadi pengendali atas pekerjaan kita, bukan kita yang mengendalikannya. Kehadiran banyak tawaran barang dan jasa dewasa ini memang menggiurkan, banyak orang yang tidak tahan untuk tidak memilikinya, dimana-mana kita selalu ditawari banyak keindahan yang mendorong hasrat kita membuat hal tersebut menjadi kebutuhan dan terpaksa kita beli.” Maka paragraf tersebut berbentuk deduktif karena kalimat inti terletak di awal paragraf yang ditandai dengan cetak tebal.