Sabtu, 16 November 2013

Bahasa Indonesia 2 - Tulisan 12

TULISAN 12

Rupiah ? Hitung Sendiri



Itu terjadi beberapa tahun lalu ketika masih berkativitas di Nunukan dan di Sebatik, Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan Tawau Malaysia, per-ekonomian di kedua daerah diperbatasan itu sangat tergantung dari Tawau, hampir semua bahan-bahan kebutuhan dipasok dari Tawau itu. Dengan menggunakan transportasi speed boat, jarak Nunukan ke Tawau dalam cuaca normal bisa ditempuh selama satu setengah jam pelayaran, dan dari Sebatik ke Tawau ditempuh sekitar dua puluh menit. Tawau itu kota besar, dan kedekatan jarak itulah yang menyebabkan masyarakat diperbatasan itu dalam keseharian lebih banyak beraktivtas dengan Tawau dibandingkan dengan kota Tarakan yang berjarak tempuh dua setengah jam pelayaran.

Pasokan barang-barang kebutuhan yang berasal dari dalam negeri sangat tergantung dari kedatangan kapal-kapal Pelni yang kedatangannya terjadwal sebanyak tiga kali dalam seminggu, pasokan itupun dalam jumlah yang terbatas dan bila itu produk yang sama dengan yang berasal dari Tawau, akan kalah kwalitas ataupun kalah nikmat, itulah yang menyebabkan masyarakat perbatasan lebih menyukai produk dari kota Tawau itu.

Percakapan “ Rupiah ? hitung sendiri ” akan sering ditemui bilamana bertransaksi ditoko ataupun warung dengan menggunakan rupiah sebagai alat pembayaran, penjual akan menyuruh pembeli untuk menghitung sendiri jumlah rupiah yang harus dibayarkan untuk pembelian barang. Harga barang-barang yang dipajang dipertokoan dan warung umumnya dituliskan dalam ringgit Malaysia, Itu disebabkan karena barang-barang itu berasal dari Tawau, dan ringgit nilainya stabil, sedangkan rupiah setiap hari berfluktuasi yang memusingkan masyarakat bila menggunakan rupiah untuk bertransaksi. Penjual disana tidak berani memasang harga dalam rupiah yang setiap hari berfluktuasi, lebih banyak pusing dan ruginya…, alasan para penjual itu, dan bilamana bertransaksi menggunakan rupiah, itu juga pertanda bahwa pembeli adalah warga pendatang.

Tanggal 30 Oktober adalah peringatan hari oeang, namun selama 68 tahun Indonesia merdeka, rupiah masih saja belum berdaulat diseluruh wilayah Indonesia, Penyebabnya adalah kemampuan yang lemah dalam menyuplai kebutuhan barang setiap saat untuk wilayah diperbatasan itu, entah sampai kapan akan berlansung…, memprihatinkan…., wilayah perbatasan hanya ditandai dengan bendara merah putih, sedangkan bahasa, budaya dan perekonomian adalah asing.


Hasil analisa :

kesimpulan dari tulisan diatas adalah penggunaan mata uang rupiah di daerah perbatasan yang sangat minim peminat terutama warga negara Indonesia asli. selama 68 tahun Indonesia merdeka, rupiah masih saja belum berdaulat diseluruh wilayah Indonesia, Penyebabnya adalah kemampuan yang lemah dalam menyuplai kebutuhan barang setiap saat untuk wilayah diperbatasan itu, entah sampai kapan akan berlansung…, memprihatinkan…., wilayah perbatasan hanya ditandai dengan bendara merah putih, sedangkan bahasa, budaya dan perekonomian adalah asing. Pembangunan yang tidak merata dan minimnya kepedulian di wilayah perbatasan dan wilayah pedalaman di kawasan nusantara menyebabkan daerah tertinggal semakin luas. Hal ini ditunjukan dengan kasus dalam tulisan diatas. Jika kita analisa berdasarkan jenis paragraf maka tulisan ini berjenis paragraf exposisi karena penulis mencoba menjelaskan mengenai fenomena yang terjadi dengan baik dan menarik. Jika kita analisa salah satu paragfraf, yaitu “Pasokan barang-barang kebutuhan yang berasal dari dalam negeri sangat tergantung dari kedatangan kapal-kapal Pelni yang kedatangannya terjadwal sebanyak tiga kali dalam seminggu, pasokan itupun dalam jumlah yang terbatas dan bila itu produk yang sama dengan yang berasal dari Tawau, akan kalah kualitas ataupun kalah nikmat, itulah yang menyebabkan masyarakat perbatasan lebih menyukai produk dari kota Tawau itu.” Maka bentuk paragraf tersebut adalah campuran karena kalimat utama terletak di awal dan akhir paragraf tersebut.

Bahasa Indonesia 2 - Tulisan 11

TULISAN 11

Statistik di FOREX, apakah mirip lotre?


Pertanyaan yang sering muncul bagi seorang pemain pemula Foreign Exchange adalah berita apa yang harus saya ikuti untuk bisa menebak dengan benar arah pair forex? Apakah saya harus melihat acara finansial update di TV lokal tiap siang atau di bloomberg TV? Pertanyaan yang logis, karena mustahil bisa mendapatkan profit jika arah “tebakan” kita selalu salah. “TEBAKAN” ? ya tebakan! bagi beberapa orang, kata tebakan ini seolah membawa persepsi bahwa FOREX tidak berbeda dengan TOGEL atau lotre lainnya. Analisa dan berita biasanya sudah sangat terlambat bahkan seringkali membuat pemain forex frustasi. Walaupun analisa dan berita pada dasarnya tetap kita perlukan. Analisa dan berita adalah alat, jika kita salah menggunakannya maka konsistensi untuk mendapatkan profit akan rendah.

Konsistensi dan Statistika.
Ok langsung saja kita ke pokok bahasan mengenai indikator yang saya buat berdasarkan waktu market open pasar utama dunia. Berikut ini penampakannya dalam hal ini pair GBP/USD:




Blok Merah sisi paling kiri: 1 jam awal menjelang pembukaan pasar Asia
Blok Hijau: 1 jam awal menjelang pembukaan pasar Eropa
Blok Merah Muda: 1 Jam menjelang penutupan pasar Asia
Blok Biru: 1 jam menjelang pembukaan pasar Amerika
Blok Hijau Muda: 1 jam menjelang penutupan pasar eropa
Blok Biru Muda: 1 jam menjelang penutupan pasar amerika

Chart diatas adalah perhari dari hari Senin (28 Oktober 2013) sampai Jumat (1 Nopember 2013). Kita perhatikan bahwa gerakan di pasar asia relatif rendah dan hanya terjadi di awal pembukaan pasar. Gerakan pasar mulai terjadi lagi menjelang pembukaan pasar eropa, masih fluktuatif dengan range lebih lebar. Gerakan akan mengarah suatu trend setelah news economic calendar pada sesi eropa selesai. Setelah itu teknikal reebond akan terjadi. Indikator ini memuat news economic calendar secara automatic update. Demikian juga pada pasar Amerika, jika pasar berfluktuasi lebar biasanya trend selanjutnya justru kecil, tetapi jika terjadi penyempitan range, indikasi bahwa semua pemain utama menunggu berita besar untuk selanjutnya direalisasikan dalam trend yang kuat. Indikator ini memungkinkan kita melihat fenomena Elliot Wave, dimana profit atau loss terbesar biasanya terjadi disini. Dengan bantuan indikator ini, pemain forex dapat lebih tenang dan jeli membaca chart tanpa di buat bias oleh bentuk chart, karena di tampilkan angka - angka pergerakan sehingga mata kita tidak tertipu bentuk chart sesaat.

Kesimpulan:
Pada dasarnya sejarah akan berulang, ini terjadi karena beberapa variable memang tidak berubah, dalam hal ini jam buka pasar Asia, Eropa, Amerika tidak pernah berubah, juga fakta bahwa transaksi forex banyak terjadi di Eropa dan Amerika dibanding di Asia. Mempunyai indikator berbasis waktu dan update news Economic Calendar adalah suatu keharusan. Anda tidak bisa tiap saat dibayangi keragu raguan dan ketakutan karena intimidasi Chart. Chart adalah mesin, jika anda meresponnya memakai perasaan manusia anda akan sering salah, karena perasaan biasanya tidak bisa menyimpan memory yang rumit. Memanfaatkan kecerdasan virtual (program komputer) adalah cara efektif untuk memenangkan pertandingan melawan mesin. Dan sisi manusiawi menjadi pemanis saat logika manusia sedang berada diatas analisa mesin - mesin.

Berikut ini penampakan indikator fullsize dalam resolusi Notebook 1366 x 766 pixel



Hasil analisa :

kesimpulan dari tulisan diatas adalah pada dasarnya sejarah akan berulang, ini terjadi karena beberapa variable memang tidak berubah, dalam hal ini jam buka pasar Asia, Eropa, Amerika tidak pernah berubah, juga fakta bahwa transaksi forex banyak terjadi di Eropa dan Amerika dibanding di Asia. Mempunyai indikator berbasis waktu dan update news Economic Calendar adalah suatu keharusan. Anda tidak bisa tiap saat dibayangi keragu raguan dan ketakutan karena intimidasi Chart. Chart adalah mesin, jika anda meresponnya memakai perasaan manusia anda akan sering salah, karena perasaan biasanya tidak bisa menyimpan memory yang rumit. Memanfaatkan kecerdasan virtual (program komputer) adalah cara efektif untuk memenangkan pertandingan melawan mesin. Dan sisi manusiawi menjadi pemanis saat logika manusia sedang berada diatas analisa mesin - mesin. Jika kita analisa paragraf diatas berdasarkan bentuk paragraf, maka termasuk ke dalam bentuk paragraf deduktif karena kalimat utama atau atau inti kalimat terletak di awal paragraf yang ditandai dengan cetak tebal. Sedangkan berdasarkan jenis paragraf, tulisan diatas termasuk ke dalam jenis paragraf argumentatif, karena penulis berusaha mengungkapkan alasan mengenai asumsi yang berkembang di dalam tulisannya mengenai statistik forex yang mirip dengan permainan lotre.

Kamis, 14 November 2013

Bahasa Indonesia 2 - Tugas 4

Tugas 4

Editorial Media Indonesia: Harapan di Tengah Pudarnya Kepercayaan


KEPERCAYAAN publik terhadap Mahkamah Konstitusi mencapai titik terendah setelah Ketua MK Akil Mochtar tertangkap tangan dan ditetapkan menjadi tersangka dugaan suap sengketa pemilu kada. Level kepercayaan publik yang merosot itulah yang membayangi pelantikan Hamdan Zoelva dan Arief Hidayat. Hamdan, kemarin, dilantik sebagai Ketua MK menggantikan Akil dan Arief sebagai Wakil Ketua MK menggantikan Hamdan. Tidak hanya itu, pelantikan itu juga berlangsung di tengah desakan publik agar ketua dan para hakim konstitusi di MK bukan berasal dari kalangan yang berlatar belakang partai politik.

MK tidak mengakomodasi dorongan publik tersebut dan kalangan internal di lembaga itu justru memilih Hamdan yang berlatar belakang politikus sebagai pengganti Akil yang juga mantan anggota DPR dari Fraksi Golkar. Kita tetap menghormati dan menghargai terpilih dan dilantiknya Hamdan dan Arief. Adalah hak para hakim konstitusi di MK untuk memilih siapa pun pemimpin mereka. Publik boleh saja tidak sependapat dengan keputusan itu, tetapi kita tetap harus menghormati dan menghargai keputusan tersebut. Bola kini sepenuhnya ada di tangan Hamdan. Sebagai Ketua MK yang baru ia harus sadar bahwa citra MK kini telanjur buruk. Setelah penangkapan Akil, masyarakat semakin meyakini bahwa ada mafia peradilan di tubuh MK yang belum terungkap. Mereka bisa saja terdiri dari para hakim, pegawai, pengacara, ataupun broker yang semestinya dibersihkan tanpa pandang bulu.

Karena itu, Hamdan ditantang untuk membuktikan kepada publik bahwa ia bersih dan seluruh hakim konstitusi di MK juga bersih dari kasus suap dan korupsi yang selama ini menjatuhkan citra lembaga itu. Pembuktian penting bagi publik yang level kepercayaannya terhadap MK jauh menurun ketimbang pertama kali lembaga tersebut didirikan. Apalagi, selama ini Hamdan diketahui berada satu panel dengan Akil.  Sejak 2010 hingga Akil terpilih menjadi Ketua MK tahun ini, misalnya, ratusan kasus sengketa pemilu kada ditangani Hamdan bersama Akil. Adalah tidak adil, bahkan tidak etis, menghakimi Hamdan, juga hakim MK lainnya, dengan opini bahwa mereka mengetahui atau bahkan ikut terlibat bersama Akil dalam kasus yang akhirnya menjerumuskan Akil itu. Namun, persepsi negatif terhadap MK itu justru harus menjadi tantangan bagi Hamdan untuk meraih kembali kepercayaan publik.


Dalam masa-masa yang akan datang, termasuk saat memasuki Pemilu 2014, Hamdan harus menunjukkan kecakapan dan kebersihan dalam  memimpin MK. Ia harus mampu membawa MK sebagai lembaga yang benar-benar adil dan tidak memihak, selain kepada kebenaran dan keadilan. Hamdan juga harus siap jika kelak ada pihak-pihak yang menggugat dan mempertanyakan seluruh putusan MK yang pernah dibuat terkait dengan berbagai sengketa pemilu kada ataupun uji materi undang-undang. Harapan kita, kepercayaan terhadap MK kembali pulih. Meskipun hal itu tidak mudah, kita ingin Hamdan melakukannya. Karena itu, wajib bagi kita untuk memberinya kesempatan.

KERANGKA PENULISAN (OUTLINE)

1.      Membongkar Kasus Korupsi di Mahkamah Konstitusi
1.1              Penangkapan Akil Mochtar terhadap kasus korupsi pemilukada.
1.2              Titik rendah kepercayaan masyarakat terhadap Mahkamah Konstitusi.
1.3              Dilema pelantikan ketua mahkamah konstitusi yang baru ditengah desakan publik.
2.      Memperbaiki Citra dan Nama Baik Mahkamah Konstitusi
2.1              Kontroversi Pengangkatan Hamdan Zulfa yang berlatar belakang politik searah dengan Akil Mochtar.
2.2              Mafia peradilan di dalam tubuh Mahkamah Konstitusi belum semua terungkap.
3.      Pengangkatan Hamdan Zulfa sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi
3.1              Pembuktian Hamdan Zulfa memperbaiki kinerja dan nama baik Mahkamah Konstitusi.
3.2               Penurunan Kinerja Mahkamah Konstitusi di masa Kepemimpinan Akil Mochtar bersama Hamdan Zulfa.
3.3              Tantangan besar Hamdan Zulfa meraih kembali kepercayaan publik terhadap Mahkamah konstitusi.
4.      Kinerja dan Integritas Hamdan Zulfa di masa Kepemimpinannya Kini hingga Mendatang
4.1              Tuntutan masyarakat terhadap Mahkamah konstitusi sebagai lembaga peradilan yang bersih dan antikorupsi.
4.2              Kesempatan terakhir Hamdan Zulfa membenahi kinerja Mahkamah Konstitusi.

Selasa, 12 November 2013

Bahasa Indonesia 2 - Tulisan 7

TULISAN 7

“Mashlahah” Ciri Utama Ekonomi Islam


Apakah Anda tahu arti Mashlahah?
Mashlahah adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun non material, yang mampu meningkatkan manusia sebagai makhluk yang paling mulia. Mashlahah itu berbentuk abstrak sulit untuk di deskripsikan hanya jiwa kita yang mampu merasakan keberadaannya.

A.    Presepsi Konsumen
Kaitannya dengan konsumsi, manusia melakukan cara yang beraneka ragam dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Wahyu dan Rinda sedang menonton TV. Rinda menonton acara Infotaiment yang isinya mempergunjingkan orang lain, sedangkan Wahyu menonton acara dakwah yang di isi oleh Ustadz Wijayanto, membahas mengenai Sholat dan Zakat. Mereka sama-sama melakukan kegiatan konsumsi. Dari sini bisa kita lihat manfaat yang diperoleh antara Wahyu dan Rinda adalah sama, yaitu Manfaat terpenuhinya kebutuhan akan informasi. Bagi Wahyu, dia selalu berusaha mengonsumsi yang halal saja, karena patuh kepada perintah Allah. Menurutnya, dengan mengonsumsi yang halal, Wahyu merasakan adanya berkah. Sebaliknya bagi Rinda, tidak ada perbedaan kepuasan antara mengonsumsi barang yang halal dan yang haram. Dapat kita simpulkan, Wahyu mendapatkan Pahala (Berkah) dan Manfaat Informasi yang sifatnya untuk dunia dan akehidupan akhirat, sedangkan Rinda hanya mendapatkan manfaat yang bersifat duniawi saja dari kegiatan konsumsi yang mereka lakukan.

Dapat kita rumuskan:

M=F+B
Di mana:

M= Mashlahah
F= Manfaat
B= Berkah

Sedangkan Berkah adalah interaksi antara Pahala dan Manfaat

B= (F)(P)
Di mana:

B= Berkah
F= Manfaat
P= Pahala

B.     Presepsi Produsen
Tidak hanya pada konsumen, Konsep Mashlahah juga di terapkan oleh pihak Produsen. Contoh:
ü  Suatu produsen makanan mencantumkan sertifikasi halal dari MUI untuk produknya. Untuk mendapatkan Sertifikasi itu sendiri tentunya membutuhkan cost/ biaya yang tidak kecil, tapi produsen itu percaya dengan adanya label halal akan membawa berkah untuk usahanya.
ü  Produsen Kecap menyisihkan laba setiap penjualan produknya untuk berbagi dengan kaum dhuafa. Dengan adanya program ini tentu saja laba perusahaan akan berkurang, tetapi mereka percaya dengan adanya program tersebut akan membawa kebaikan bagi pihaknya dan juga masyarakat

Dari kedua contoh di atas dapat kita lihat bahwasanya produsen makanan sangat memperhatikan kehalalan produknya, begitu juga produsen kecap ABC menerapkan nilai sosial dalam menjalankan usahanya, kedua kegiatan dari contoh di atas tentunya akan mendapat pahala dari Allah SWT. Selain itu mereka akan mendapat manfaat duniawi: Dengan adanya label halal, konsumen akan percaya terhadap produknya, adanya kegiatan social juga dapat mengangkat brand image sebuah produk dan dapat meringankan masyarakat yang kurang mampu, dsb.

Dapat kita rumuskan:

M= π + B
Di mana:

M=Mashlahah
 Ï€= Keuntungan
B= Berkah

Adapun keuntungan, yaitu:

Ï€ = TR-TC
Di mana:

TR= Total Revenue (Total Pendapatan)
TC= Total Cost (Total Biaya)

Saran: Lakukanlah segala sesuatu khususnya transaksi ekonomi sesuai kaidah-kaidah Islam, selain Manfaat, Berkah untuk kehidupan akhirat pun akan kita peroleh. Bagi para produsen percayalah “barang siapa yang mempermudah urusan orang lain, Ia akan dipermudah pula oleh Allah SWT” Maka jangan hanya berpikir untuk mengejar laba yang banyak saja, tapi produsen juga harus memperhatikan aspek sosial, keamanan, kenyamanan, kehalalan kegiatannya. Jadi, akan bisa di temukan titik temu yang saling menguntungkan antara produsen dan konsumen.


Hasil analisa :
Jika kita analisa dari tulisan diatas maka jenis paragrafnya adalah exposisi Karena penulis mencoba untuk menjelaskan mengenai mashlahah sebagai cirri utama ekonomi islam yang amat baik untuk dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Mashlahah adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun non material, yang mampu meningkatkan manusia sebagai makhluk yang paling mulia. Mashlahah itu berbentuk abstrak sulit untuk di deskripsikan hanya jiwa kita yang mampu merasakan keberadaannya. Jika kita ambil salah satu kutipan paragraf diatas yaitu “Lakukanlah segala sesuatu khususnya transaksi ekonomi sesuai kaidah-kaidah Islam, selain Manfaat, Berkah untuk kehidupan akhirat pun akan kita peroleh. Bagi para produsen percayalah “barang siapa yang mempermudah urusan orang lain, Ia akan dipermudah pula oleh Allah SWT” Maka jangan hanya berpikir untuk mengejar laba yang banyak saja, tapi produsen juga harus memperhatikan aspek sosial, keamanan, kenyamanan, kehalalan kegiatannya. Jadi, akan bisa di temukan titik temu yang saling menguntungkan antara produsen dan konsumen.” Maka bentuk paragraf tersebut adalah deduktif, karena kalimat utama atau inti kalimat terletak di awal paragraf yang ditunjukan dengan tanda tebal.


Bahasa Indonesia 2 - Tulisan 4

TULISAN 4

Menjelang Akhir Tahun 2013, Ramai-ramai Menghabiskan Anggaran


Sekarang ini sudah bulan November 2013 bahkan minggu pertama segera dilewati. Artinya tahun 2013 akan segera berakhir kurang dari dua bulan lagi. Dari segi anggaran pemerintah yang menganut azas anggaran periodik satu tahun kalender, maka waktu untuk menggunakan anggaran yang tersedia juga efektif tinggal dua bulan lagi bahkan kurang.

Selama sembilan bulan atau Januari hingga September 2013 total anggaran negara yang terpakai baru mencapai Rp1.092,7 triliun atau 63,3 persen dari pagu APBN-P 2013 sebesar Rp1.726,2 triliun. Dari realisasi belanja negara tersebut khusus untuk belanja barang dan belanja modal yang memiliki peran sangat penting dan dapat memberi dampak multiplier efek dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi realisasinya belum optimal. Belanja barang baru terealisasi mencapai 40,3 persen dari pagu Rp206,5 triliun, sedangkan belanja modal baru terealisasi 37,5 persen dari pagu Rp192,6 triliun (sumber). Hal ini berarti masih sangat banyak dana APBN 2013 yang belum terpakai, sementara tahun 2013 tinggal tersisa kurang dari dua bulan lagi. Belum lagi dana-dana APBD pemerintah daerah yang kurang lebih sama bahkan mungkin lebih buruk lagi, apalagi masih banyak pemda yang pada semester I tahun 2013 realisasi anggarannya belum mencapai 30%.

Dampak dari banyaknya anggaran yang tersisa sementara waktunya yang tersedia sangat terbatas dapat dilihat pada hampir semua instansi pemerintah pusat dan daerah. Saat ini, hampir di setiap kantor pemerintah dapat dijumpai kegiatan-kegiatan perbaikan gedung kantor seperti penggantian ubin kantor, perbaikan beberapa ruangan, pengecatan, perbaikan halaman atau taman, dan lain sebagainya. Disamping itu biasanya mulai banyak acara-acara yang dilaksanakan di luar kantor bahkan di luar daerah khususnya di daerah wisata yang membuat tingkat hunian hotel meningkat pesat. Di gudang-gudang kantor instansi pemerintah pun biasanya mulai dipenuhi dengan suplies komputer, alat tulis kantor hingga peralatan komputer dan printer yang baru saja dibeli dalam rangka menghabiskan semua anggaran yang masih banyak tersisa. Lantas apa saja yang dilakukan dari bulan Januari s.d. September?

Perilaku penggunaan anggaran seperti ini sejak dulu hingga sekarang nyaris tidak ada perubahan berarti. Dari Januari hingga September atau sampai dengan triwulan III tahun anggaran, realisasi belanja khususnya untuk belanja barang dan belanja modal tidak pernah mencapai 50%. Akibatnya belanja negara hanya dilaksanakan asal menghabiskan anggaran tahun bersangkutan, output dan outcome yang seharusnya menjadi salah satu tujuan dari APBN tidak lagi menjadi perhatian utama. Apapun yang bisa dilakukan untuk menghabiskan anggaran akan dilakukan, bila perlu dan bisa, mungkin langit pun akan diusahakan untuk dilakukan pengecatan demi menghabiskan anggaran yang masih banyak tersisa.

Banyak alasan yang sering dikemukakan sebagai pembenaran atas situasi yang terjadi, dan anehnya alasan-alasan yang dikemukan kurang lebih selalu sama. Terlambat menetapkan pejabat pengelola keuangan, permasalahan pengadaan, pergantian pejabat adalah beberapa alasan yang selalu terjadi setiap tahunnya. Padahal peraturan pengadaan barang/jasa telah direvisi oleh pemerintah untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan dan kegiatan, prosedur pencairan dana semakin disederhanakan dan dipermudah, dan berbagai kebijakan telah ditempuh agar anggaran negara bisa digunakan secara optimal sepanjang tahun anggaran untuk mencegak penumpukan pengeluaran anggaran yang terjadi di akhir tahun anggaran.

Sangat disayangkan anggaran negara yang berasal dari uang rakyat tersebut tidak bisa digunakan seoptimal mungkin untuk memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat. Malah sebaliknya, penggunaan anggaran pemerintah baik di pusat maupun di daerah yang jor-jor-an menghabiskan anggaran di akhir tahun akan merangsang timbulnya inflasi yang justru dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga tidak akan berdampak banyak dalam menggerakkan sektor riil untuk memajukan usaha kecil dan menengah yang dapat memberikan kesejahteraan pada masyarakat. Memprihatinkan sekali karena anggaran negara/ daerah yang begitu banyak masih belum bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Sampai kapan hal seperti ini akan terus terjadi? Wallahu a’lam.


Hasil analisa :
Di dalam tulisan ini mengulas tentang permasalahan ekonomi di Indonesia dengan judul tulisan “Menjelang Akhir Tahun 2013, Ramai-ramai Menghabiskan Anggaran”. Bentuk paragraph dalam tulisan ini adalah jenis paragraph induktif karena kalimat utama terletak di akhir paragraph di dalam tulisan in yang ditunjukan dengan paragraf “Sangat disayangkan anggaran negara yang berasal dari uang rakyat tersebut tidak bisa digunakan seoptimal mungkin untuk memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat. Malah sebaliknya, penggunaan anggaran pemerintah baik di pusat maupun di daerah yang jor-jor-an menghabiskan anggaran di akhir tahun akan merangsang timbulnya inflasi yang justru dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga tidak akan berdampak banyak dalam menggerakkan sektor riil untuk memajukan usaha kecil dan menengah yang dapat memberikan kesejahteraan pada masyarakat. Memprihatinkan sekali karena anggaran negara/ daerah yang begitu banyak masih belum bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Sampai kapan hal seperti ini akan terus terjadi? Wallahu a’lam.” Jenis paragraf tersebut adalah paragraf argumentatif karena berusaha mengungkapkan alasan-alasan yang terjadi akibat dari masalah yang timbul dalam ekonomi di Indonesia. Kesimpulannya adalah apakah fenomena seperti ini akan terus berlanjut atau ada titik temu untuk menyelesaikan masalah ini untuk memperbaiki ekonomi Indonesia.


Bahasa Indonesia 2 - Tulisan 3

TULISAN 3

Skema Jebakan Pinjaman Luar Negeri; Krisis Keuangan


Penulis mencoba mengasah kembali ilmu ekonomi yang sudah lama tidak dipakai, mencoba pembahasan skema hutang luar negeri yang sering menjadi jebakan dan menjerat Negara berkembang, terlebih bila nilai tukar mata uang terhadap dollar yang fluktuatif dan tidak terkontrol dengan baik. Negara/ Institusi ditawari oleh lembaga keuangan asing atau Negara asing sejumlah pinjaman dengan bunga rendah sebesar 2%; sedangkan suku bunga nasional sebesar 10%; tentunya sangat menarik sekali, jawabannya belum tentu. Suku bunga kecil bukanlah satu-satunya faktor pertimbangan bagi sebuah Negara/ Institusi melakukan pinjaman luar negeri, iming-iming bunga pinjaman rendah sebaiknya disikapi dengan bijaksana dengan memperhatikan perkembangan beserta forecasting faktor-faktor lain, secara baik dan tepat, terutama nilai tukar. Nilai tukar akan sangat berpengaruh terhadap nilai beban hutang sebenarnya yang akan kita tanggung, kecuali Negara tersebut menganut sistem nilai tukar mata uang asing yang ‘flat’ maka tawaran tersebut benar-benar menarik.

Ilustrasi sederhana:

Pinjaman luar negeri, exchange rate flat
Pokok Hutang $ 1,000,000 x Rp. 9,900 = Rp. 9,900,000,000,-
Bunga 2% = Rp. 9,900,000,000 x 2/100 = Rp. 198,000,000
Bunga + Pokok = Rp. 10,098,000,000
Pinjaman luar negeri, exchange rate fluktuatif (melemah)
Pokok Hutang $ 1,000,000 x Rp. 11,000 = Rp. 11,000,000,000
Bunga 2% = Rp. 11,000,000,000 x 2/100 = Rp. 220,000,000
Bunga + Pokok = Rp. 11,220,000,000
Pinjaman dalam negeri
Pokok Hutang Rp. 9,900,000,000
Bunga 10% = Rp. 9,900,000,000 x 10/100 = Rp. 990,000,000
Bunga + Pokok = Rp. 10,890,000,000

Terlihat dari ilustrasi diatas, pinjaman dalam negeri dengan bunga 10% masih lebih baik daripada pinjaman luar negeri dengan bunga 2%; pada saat pengembaliannya terpengaruh dengan nilai tukar mata uang asing, fluktuatif (melemah). Dan ilustrasi diatas kurang lebih menggambarkan apa yang sedang terjadi di Indonesia sekarang (2013), apabila tidak terkontrol seperti tahun 1997-1998, maka krisis Ekonomi jilid II akan kembali terulang. Tahun depan, Indonesia mengadakan sebuah perhelatan Nasional Pemilu 2014; pada tahun 1997 pun ketika kita dihantam krisis dipicu dari melemahnya mata uang Rupiah terhadap Dollar berbarengan dengan Pemilu 1997, tentunya Indonesia telah banyak belajar dari kejadian tersebut, tidak bermaksud paranoid namun tidak ada salahnya kita berjaga-jaga.


Hasl analisa :
Tulisan diatas memaparkan sebuah Skema Jebakan Pinjaman Luar Negeri; Krisis Keuangan yang dilakukan oleh Negara Indonesia terhadap pinjaman luar negeri yang diberikan. Negara/ Institusi ditawari oleh lembaga keuangan asing atau Negara asing sejumlah pinjaman dengan bunga rendah sebesar 2%; sedangkan suku bunga nasional sebesar 10%; tentunya sangat menarik sekali, jawabannya belum tentu. Terlihat dari ilustrasi diatas, pinjaman dalam negeri dengan bunga 10% masih lebih baik daripada pinjaman luar negeri dengan bunga 2%; pada saat pengembaliannya terpengaruh dengan nilai tukar mata uang asing, fluktuatif (melemah). Dan ilustrasi diatas kurang lebih menggambarkan apa yang sedang terjadi di Indonesia sekarang (2013), apabila tidak terkontrol seperti tahun 1997-1998, maka krisis Ekonomi jilid II akan kembali terulang. Kita harapkan bahwa pemerintah dapat bekerja lebih keras dan focus mengatasi masalah seperti ini agar keadaan ekonomi Negara kita semakin membaik dan tidak terjebak oleh pinjaman luar negri yang tidak menjanjikan. Dilihat dari letak kalimat utamanya, tulisan ini bersifat paragraf induktif karena terletak di akhir paragraf pada tulisan tersebut “Tahun depan, Indonesia mengadakan sebuah perhelatan Nasional Pemilu 2014; pada tahun 1997 pun ketika kita dihantam krisis dipicu dari melemahnya mata uang Rupiah terhadap Dollar berbarengan dengan Pemilu 1997, tentunya Indonesia telah banyak belajar dari kejadian tersebut, tidak bermaksud paranoid namun tidak ada salahnya kita berjaga-jaga.” Hal ini menunjukan kesimpulan atas permasalahan yang timbul dari kasus tersebut yang dikemas menarik dan jelas oleh penulis agar dapat dinikmati oleh pembaca.


Bahasa Indonesia 2 - Tulisan 10

TULISAN 10

Pekerja Sebagai Kaum Marginal


SUPLEMEN
Marjin, hasil penyerapan kata margin [Inggris]; artinya batas atau pinggir atau tepimarjinal berarti berhubungan dengan batas atau tepi;. Marjinal menunjukkan karakteristik yang berhubungan dengan batas suatu tepi atau pinggir dari pusat; misalnya, dalam dimensi budaya ataupun geografis. Marjinal berarti wilayah pinggiran atau daerah tepian. Marjinalitas mempunyai arti yang menunjuk pada suatu kondisi atau situasi dari seseorang atau kelompok atau sesuatu yang berada pada posisi marjinal atau berada pada wilayah pinggiran dari komunitas atau struktur atau sistem yang di dalamnya seseorang atau kelompok atau sesuatu itu ada atau hidup. Marjinalitas untuk menjelaskan bahwa seseorang atau kelompok atau sesuatu memiliki keadaan marjinal.

Marjinalisasi berarti desakan atau pembatasan terhadap seseorang atau kelompok atau sesuatu dalam berbagai aspek yang mengakibatkan obyek desakan atau pembatasan ini tersingkir hingga berada pada batas atau tepi atau pinggiran. Marjinalisasi menghasilkan orang-orang atau individu (atau pun kelompok baru yang) marjinal; yaitu mereka yang terpasung dalam ketidakpastian psikologis di antara dua (atau lebih) komunitas masyarakat/ sosial; sehingga mereka penuh dengan ketidakmampuan mengekspresikan diri serta terbatas (karena dibatasi) daya jangkaunya.Marjinalisasi tidak ada dengan sendirinya, tetapi terbentuk dengan dan melalui perencanaan yang terstruktur serta rapi; dilakukan oleh mereka yang berkuasa (dan mempunyai kekuasaan) yang berkolaborasi dengan ‘kelompok-kelompok ideologi - sara yang bisa digunakan sebagai alat penindas-penekan-paksaan.’ Kolaborasi tersebut bisa konkrit dan terang-terangan, maupun tak terlihat namun ada. Ikatan yang menyatukan kolaborasi itu adalah kepentingan dan keuntungan bersama. Sehingga alat atau perangkat yang dipakai untuk melakukan marjinalisasi adalah politik, perencanaan pembangunan dan ekonomi, institusi pendidikan,  organisasi massa, kelompok-kelompok etnis, dan lain sebagainya, termasuk agama serta umat beragama.

Jadi, jika disebut bahwa para pekerja (bahasa yang lebih pop adalah buruh), sebagai kaum marginal; maka dari mana atau bagaimana mereka terbentuk!? Gampangnya, bisa dikatakan bahwa mereka tercipta karena korban ketidakadilan para pengusaha. Kemajuan sebagian masyarakat global (ermasuk Indonesia) yang mencapai era teknologi dan industri ternyata tidak bisa menjadi gerbong penarik untuk menarik sesamanya agar mencapai kesetaraan. Para pengusaha teknologi dan industri tetap membutuhkan kaum miskin yang pendidikannya terbatas untuk dipekerjakan sebagai buruh. Dan dengan itu, karena alasan kurang pendidikan, mereka dibayar di bawah standar atau sangat rendah, serta umumnya, tanpa tunjangan kesehatan, transportasi, uang makan, dan lain sebagianya.

Para buruh tersebut harus menerima keadaan itu karena membutuhkan nasi dan pakaian untuk bertahan hidup. Akibatnya, menjadikan mereka tidak mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Secara langsung, mereka telah menjadi korban ketidakadilan para pengusaha (konglomerat) hitam yang sekaligus sebagai penindas sesama manusia dan pencipta langgengnya kemiskinan. Para buruh (laki-laki dan perempuan) harus menderita karena bekerja selama 12 jam per hari (bahkan lebih), walau upahnya tak memadai. Kondisi buruk yang dialami oleh para buruh tersebut juga membuat dirinya semakin terpuruk di tengah lingkungan sosial kemajuan di sekitarnya (terutama para buruh migran pada wilayah metropolitan). Sistem kerja yang hanya mengutamakan keuntungan majikan, telah memaksa para buruh untuk bekerja demikian keras.

Sehingga kehidupan yang standar, wajar dan normal, yang seharusnya dialami oleh para buruh, tidak lagi dinikmati oleh mereka. Fisik dan mental para buruh (yang giat bekerja tetapi tetap miskin), telah dipaksa menjadi bagian dari instrumen mekanis. Mereka dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan irama, kecepatan dan ritme mesin-mesin pabrik dan ritme bising mesin otomotif; mesin-mesin itu, memberikan perubahan dan keuntungan pada pemiliknya, namun sang buruh tetap berada pada kondisi kemiskinan. Dengan tuntutan itu, mereka tak memiliki kebebasan, kecuali hanya untuk melakukan aktivitas pokok makhluk hidup (makan, minum, tidur) di sekitar mesin-mesin yang menjadi tanggungjawabnya.

Dengan demikian, jika ada tuntutan buruh untuk kenaikan upah, maka wajar-wajar saja; tetapi, ada tetapinya. Tuntutan itu, menjadi tak wajar jika, menuntut tampa memandang-menilai sikon ekonomi yang sementara terajadi, di samping begitu banyak faktor lainnya yang berhubungan dengan kerja, produksi, penjualan, pajak, dan lain sebagainya.  Saya setuju, bahwa pekerja/ buruh harus keluar dari sikon marginal yang menghimpitnya; mereka harus terangkat secara ekonomi, sosial, lain sebagainya; mereka harus mengalami perbaikan dan perubahan kualitas hidup serta kehidupannya. Tapi, hal tersebut harus dilakukan dengan cara-cara yang bermartabat, terhormat, serta penuh kecerdasan; dan bukan melalui cara-acara anarkhis, paksaan, kekerasan, serta ditunggangi dengan kepentingan-kepentingan politik tertentu.

Hasil analisa :

Di dalam tulisan ini membahas mengenai pekerja sebagai kaum marginal di dalam ruang lingkup pekerjaan. Marjinal menunjukkan karakteristik yang berhubungan dengan batas suatu tepi atau pinggir dari pusat; misalnya, dalam dimensi budaya ataupun geografis. Marjinal berarti wilayah pinggiran atau daerah tepian. Marjinalitas mempunyai arti yang menunjuk pada suatu kondisi atau situasi dari seseorang atau kelompok atau sesuatu yang berada pada posisi marjinal atau berada pada wilayah pinggiran dari komunitas atau struktur atau sistem yang di dalamnya seseorang atau kelompok atau sesuatu itu ada atau hidup. Marjinalitas untuk menjelaskan bahwa seseorang atau kelompok atau sesuatu memiliki keadaan marjinal. Marjinalisasi berarti desakan atau pembatasan terhadap seseorang atau kelompok atau sesuatu dalam berbagai aspek yang mengakibatkan obyek desakan atau pembatasan ini tersingkir hingga berada pada batas atau tepi atau pinggiran. Marjinalisasi menghasilkan orang-orang atau individu (atau pun kelompok baru yang) marjinal; yaitu mereka yang terpasung dalam ketidakpastian psikologis di antara dua (atau lebih) komunitas masyarakat/ sosial; sehingga mereka penuh dengan ketidakmampuan mengekspresikan diri serta terbatas (karena dibatasi) daya jangkaunya. Dilihat dari jenis paragraf, tulisan ini berjenis paragraf deskriptif karena penulis member gambaran tentang kondisi kaum pekerja yang hidup dalam fenomena marjinalitas sehingga berdampak pada pola kehidupan yang dialami oleh para buruh sehingga dikatakan bahwa “pekerja sebagai kaum marginal”. Jika dilihat di paragraf awal, bentuk paragraf tersebut adalah paragraf campuran karena kalimat utama terletak pada awal paragraf dan akhir paragraf yang menunjukan kesimpulan.