TULISAN 3
Skema Jebakan Pinjaman Luar
Negeri; Krisis Keuangan
Penulis
mencoba mengasah kembali ilmu ekonomi yang sudah lama tidak dipakai, mencoba
pembahasan skema hutang luar negeri yang sering menjadi jebakan dan menjerat
Negara berkembang, terlebih bila nilai tukar mata uang terhadap dollar yang
fluktuatif dan tidak terkontrol dengan baik. Negara/ Institusi ditawari oleh
lembaga keuangan asing atau Negara asing sejumlah pinjaman dengan bunga rendah
sebesar 2%; sedangkan suku bunga nasional sebesar 10%; tentunya sangat menarik
sekali, jawabannya belum tentu. Suku bunga kecil bukanlah satu-satunya faktor
pertimbangan bagi sebuah Negara/ Institusi melakukan pinjaman luar negeri,
iming-iming bunga pinjaman rendah sebaiknya disikapi dengan bijaksana dengan
memperhatikan perkembangan beserta forecasting faktor-faktor lain, secara baik
dan tepat, terutama nilai tukar. Nilai tukar akan sangat berpengaruh terhadap
nilai beban hutang sebenarnya yang akan kita tanggung, kecuali Negara tersebut
menganut sistem nilai tukar mata uang asing yang ‘flat’ maka tawaran tersebut
benar-benar menarik.
Ilustrasi
sederhana:
Pinjaman luar negeri, exchange rate
flat
Pokok Hutang $ 1,000,000 x Rp. 9,900 = Rp. 9,900,000,000,-
Bunga 2% = Rp. 9,900,000,000 x 2/100 = Rp. 198,000,000
Bunga + Pokok = Rp. 10,098,000,000
Pokok Hutang $ 1,000,000 x Rp. 9,900 = Rp. 9,900,000,000,-
Bunga 2% = Rp. 9,900,000,000 x 2/100 = Rp. 198,000,000
Bunga + Pokok = Rp. 10,098,000,000
Pinjaman luar negeri, exchange rate
fluktuatif (melemah)
Pokok Hutang $ 1,000,000 x Rp. 11,000 = Rp. 11,000,000,000
Bunga 2% = Rp. 11,000,000,000 x 2/100 = Rp. 220,000,000
Bunga + Pokok = Rp. 11,220,000,000
Pokok Hutang $ 1,000,000 x Rp. 11,000 = Rp. 11,000,000,000
Bunga 2% = Rp. 11,000,000,000 x 2/100 = Rp. 220,000,000
Bunga + Pokok = Rp. 11,220,000,000
Pinjaman dalam negeri
Pokok Hutang Rp. 9,900,000,000
Bunga 10% = Rp. 9,900,000,000 x 10/100 = Rp. 990,000,000
Bunga + Pokok = Rp. 10,890,000,000
Pokok Hutang Rp. 9,900,000,000
Bunga 10% = Rp. 9,900,000,000 x 10/100 = Rp. 990,000,000
Bunga + Pokok = Rp. 10,890,000,000
Terlihat
dari ilustrasi diatas, pinjaman dalam negeri dengan bunga 10% masih lebih baik
daripada pinjaman luar negeri dengan bunga 2%; pada saat pengembaliannya
terpengaruh dengan nilai tukar mata uang asing, fluktuatif (melemah). Dan
ilustrasi diatas kurang lebih menggambarkan apa yang sedang terjadi di
Indonesia sekarang (2013), apabila tidak terkontrol seperti tahun 1997-1998,
maka krisis Ekonomi jilid II akan kembali terulang. Tahun depan, Indonesia
mengadakan sebuah perhelatan Nasional Pemilu 2014; pada tahun 1997 pun ketika
kita dihantam krisis dipicu dari melemahnya mata uang Rupiah terhadap Dollar
berbarengan dengan Pemilu 1997, tentunya Indonesia telah banyak belajar dari
kejadian tersebut, tidak bermaksud paranoid namun tidak ada salahnya kita
berjaga-jaga.
Hasl analisa :
Tulisan
diatas memaparkan sebuah Skema Jebakan Pinjaman Luar Negeri;
Krisis Keuangan yang dilakukan oleh Negara Indonesia terhadap pinjaman luar
negeri yang diberikan. Negara/
Institusi ditawari oleh lembaga keuangan asing atau Negara asing sejumlah
pinjaman dengan bunga rendah sebesar 2%; sedangkan suku bunga nasional sebesar
10%; tentunya sangat menarik sekali, jawabannya belum tentu. Terlihat dari ilustrasi diatas,
pinjaman dalam negeri dengan bunga 10% masih lebih baik daripada pinjaman luar
negeri dengan bunga 2%; pada saat pengembaliannya terpengaruh dengan nilai
tukar mata uang asing, fluktuatif (melemah). Dan ilustrasi diatas kurang lebih
menggambarkan apa yang sedang terjadi di Indonesia sekarang (2013), apabila
tidak terkontrol seperti tahun 1997-1998, maka krisis Ekonomi jilid II akan
kembali terulang. Kita harapkan bahwa pemerintah dapat bekerja lebih keras dan
focus mengatasi masalah seperti ini agar keadaan ekonomi Negara kita semakin
membaik dan tidak terjebak oleh pinjaman luar negri yang tidak menjanjikan. Dilihat dari letak kalimat utamanya,
tulisan ini bersifat paragraf induktif karena terletak di akhir paragraf pada
tulisan tersebut “Tahun depan, Indonesia mengadakan sebuah perhelatan Nasional
Pemilu 2014; pada tahun 1997 pun ketika kita dihantam krisis dipicu dari
melemahnya mata uang Rupiah terhadap Dollar berbarengan dengan Pemilu 1997,
tentunya Indonesia telah banyak belajar dari kejadian tersebut, tidak bermaksud
paranoid namun tidak ada salahnya kita berjaga-jaga.” Hal ini menunjukan
kesimpulan atas permasalahan yang timbul dari kasus tersebut yang dikemas
menarik dan jelas oleh penulis agar dapat dinikmati oleh pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar