TULISAN 13
Hari Uang Nasional, Mari Cintai
Rupiah
Sumber
: http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013/10/30/hari-uang-nasional-mari-cintai-rupiah-605081.html
Hari
ini sangat bersejarah bagi Indonesia, karena pada tanggal ini pertama kalinya
menerbitkan mata uang rupiah. Sejak 1610 hingga 1817, Indonesia telah menggunakan
mata uang Belanda, Gulden. Sejarah uang Republik Indonesia sendiri dibagai
dalam dua periode, yang pertama adalah periode ORI (Oeang Republik Indonesia),
kemudian periode Rupiah. Mata uang rupiah menggantikan mata uang Jepang dan
Javaasche Bank pada tanggal 30 Oktober 1946 dengan nama Oeang Republik
Indonesia.
ORI
(Oeang Republik Indonesia)
merupakan uang pertama yang dimiliki oleh negara kita setelah merdeka. Presiden
pertama RI, Soekarno adalah tokoh yang sering muncul dalam desain uang kertas
ORI yang resmi beredar pada 30 Oktober 1946. Kemudian uang kertas Seri ORI II
terbit di Jogjakarta pada 1 Januari 1947. Selanjutnya seri ORI III terbit di
Jogjakarta pada 26 Juli 1947, Seri ORI Baru di Jogjakarta pada 17 Agustus 1949,
dan Seri Republik Indonesia Serikat (RIS) di Jakarta pada 1 Januari 1950.
Sebagai sebuah negara, pemerintah Indonesia saat itu memandang perlu untuk
mengeluarkan uang sendiri selain sebagai alat tukar jual beli, juga sebagai
simbol negara Indonesia.
Rupiah
merupakan mata uang resmi Indonesia
hingga kini (kodenya adalah IDR). Menurut sejarah, nama Rupiah diambil dari
nama mata uang India Rupee. Nama rupiah pertama kali digunakan secara resmi
dengan dikeluarkannya mata uang rupiah jaman pendudukan Dai Nippon pada Perang
Dunia II. Setelah perang selesai, Bank Jawa, pelopor Bank Indonesia,
mengeluarkan Rupiah. Sehubungan dengan itu mari kita sebagai warga negara
Indonesia yang terus menerus berkejaran dengan kemiskinan, krisis akibat nilai
tukar rupiah yang lemah mulai belajar mencintai uang dengan benar. Mencintai
uang bukan dalam artian materialis akan tetapi cara kita memperlakukan uang
sebagai salah satu simbol identitas negara kita. Uang merupakan kebutuhan yang kebanyakan kita bekerja demi
mendapatkannya, tidak bisa dipungkiri uang adalah kebutuhan umat manusia demi
kelangsungan hidupnya. Maka tak heran jika banyak yang bekerja keras demi
mengumpulkan pundi-pundi persediaan uang dalam hidupnya. Dengan uang banyak,
manusia percaya akan menikmati kehidupan yang menyenangkan, dengan uang manusia
bisa memiliki segalanya.
Cintai
penghasilan
Uang
berasal dari hasil kita setelah bekerja, dan untuk mendapatkan pekerjaan dan
ketika akan bekerja kita juga menggunakan uang untuk sekolah, kuliah, beli
kendaraan, dami menunjang pekerjaan kita. Kemudian kita kembali mendapatkan
uang. Dengan menyadari bahwa kita membayar mahal demi mendapatkan uang, maka
baiknya kita juga dengan bijak menggunakan uang yang ada. Menggunakannya sesuai
dengan kebutuhan, bukan menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak
penting.
Menabung
dan investasi
Banyak
orang yang bekerja keras demi mendapatkan uang yang banyak bukan karena ada
sesuatu yang direncanakan di kemudian hari, melainkan karena utang yang banyak,
sehingga untuk menutupinya maka kita bekerja keras. Uang menjadi pengendali
atas pekerjaan kita, bukan kita yang mengendalikannya. Kehadiran banyak tawaran
barang dan jasa dewasa ini memang menggiurkan, banyak orang yang tidak tahan
untuk tidak memilikinya, dimana-mana kita selalu ditawari banyak keindahan yang
mendorong hasrat kita membuat hal tersebut menjadi kebutuhan dan terpaksa kita
beli.
Melatih
anak memakai uang
Tidak
ada yang tidak mengenal uang, bahkan anak-anak sudah mengenal uang sejak mereka
mengenal nilai. Memperkenalkan uang kepada anak cukup penting sehingga lambat
laun ia akan mengerti nilai yang terdapat dalam uang. Mengajarkan hidup hemat
dan sederhana kepada anak dimulai dengan teladan dari orang tua kepada mereka,
serta memberitahu mereka betapa tidak mudahnya mendapatkan uang. Dewasa ini
anak-anak sudah tidak asing lagi dengan barang-barang mewah yang sebenarnya
bukanlah kebutuhan usia mereka. Hal ini menyebabkan budaya konsumerisme semakin
merebak di kalangan anak-anak dan remaja. Maka tak heran banyak diantara remaja
yang melakukan banyak cara demi mendapatkan uang, termasuk menjual diri.
Memberikan uang yang secukupnya kepada anak dan mengajar mereka menyisihkan
sebagaian dari yang kita berikan akan melatih mereka untuk berhemat.
Mendapat
uang dengan cara halal
Kebutuhan
akan uang tidak ada yang memungkiri, namun nyatanya uang sepertinya sudah
memperbudak banyak orang dewasa ini. Meski memiliki uang yang banyak dari
penghasilan sebagai pegawai pemerintah atau swasta ternyata tidak membuat
manusia mengatakan cukup untuk penghasilannya. Selalu saja tidak puas dengan
penghasilan saat ini, sehingga ada yang membuka usaha sampingan untuk menambah
penghasilan, hal ini tentu baik karena akan bisa membuka lapangan kerja baru
bagi mereka yang pengangguran. Akan tetapi banyak yang menggunakan cara-cara
yang tidak benar demi uang, korupsi menjadi hal yang tidak asing lagi.
Mendapatkan uang dengan cara yang tidak benar adalah cara yang sangat hina dan
secara tidak langsung menghina uang sebagai simbol negara. Karena uang telah
seolah menjadi penyebab para pejabat menghianati negara sendiri demi uang.
Berbagi
kepada sesama
Dari
pada menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak penting, lebih baik kita
menggunakannya untuk menolong orang yang tidak beruntung di sekeliling kita.
Sering kita membeli makanan mewah dan terbuang pada akhirnya sementara di
sekitar kita banyak orang yang kelaparan. Sering kita membeli pakaian tiap
minggu kemudian menumpuk di gudang saat di sekeliling kita banyak yang
berpakaian compang-camping. Sering kita menggunakan uang untuk gonta-ganti
kendaraan sedangkan disekeliling kita banyak orang yang tinggal di gerobak. Banyak orang yang membutuhkan uang
untuk kebutuhan mereka yang sangat mendesak sementara kita membuang-buang uang
hanya untuk sesuatu yang sangat tidak penting namun kita lakukan demi gaya dan
demi gengsi. Pastinya masih banyak hal yang bisa
kita lakukan sebagai wujud kecintaan kita akan Rupiah dan kecintaan kita akan
Indonesia. Selamat mencintai uang Rupiah.
Hasil analisa :
Jika kita analisa
berdasarkan jenis pargraf maka tulisan di atas berjenis paragraf persuasif
karena penulis berusaha mengajak para pembaca untuk mencintai dan semakin
menghargai mata uang rupiah sebagai simbol dan kebanggaan bangsa Indonesia.
Kesimpulan dari tulisan diatas adalah Banyak
orang yang membutuhkan uang untuk kebutuhan mereka yang sangat mendesak
sementara kita membuang-buang uang hanya untuk sesuatu yang sangat tidak
penting namun kita lakukan demi gaya dan demi gengsi. Pastinya masih banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai
wujud kecintaan kita akan Rupiah dan kecintaan kita akan Indonesia. Jika kita analisa salah satu paragraf
di dalam tulisan diatas yaitu “Banyak orang yang bekerja keras demi
mendapatkan uang yang banyak bukan karena ada sesuatu yang direncanakan di
kemudian hari, melainkan karena utang yang banyak, sehingga untuk menutupinya
maka kita bekerja keras.
Uang menjadi pengendali atas pekerjaan kita, bukan kita yang mengendalikannya.
Kehadiran banyak tawaran barang dan jasa dewasa ini memang menggiurkan, banyak
orang yang tidak tahan untuk tidak memilikinya, dimana-mana kita selalu
ditawari banyak keindahan yang mendorong hasrat kita membuat hal tersebut
menjadi kebutuhan dan terpaksa kita beli.” Maka paragraf tersebut berbentuk deduktif karena
kalimat inti terletak di awal paragraf yang ditandai dengan cetak tebal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar